Berita Politik

Analisis Sentimen Publik terhadap Polisi di Indonesia: Kepercayaan yang Terus Diuji


Oleh: sentiment.co.id

Polisi Republik Indonesia (Polri) merupakan tulang punggung penegakan hukum dan keamanan di Tanah Air. Namun, persepsi masyarakat terhadap institusi ini tidak pernah sederhana. Dari pujian atas aksi heroik hingga kritik pedas terhadap skandal yang mencoreng nama baik, sentimen publik terhadap polisi terus berfluktuasi. Hingga Maret 2025, artikel ini mengulas bagaimana masyarakat Indonesia memandang polisi melalui lensa sentimen positif, negatif, dan netral, berdasarkan tren yang terobservasi dari media sosial, berita, dan studi terkait.

Sentimen Positif: Cahaya di Tengah Badai

Tidak dapat dipungkiri bahwa polisi kerap menjadi harapan masyarakat di saat-saat genting. Sentimen positif terhadap Polri biasanya muncul ketika mereka berhasil menjalankan tugas dengan baik. Sebagai contoh, pada masa pandemi COVID-19, analisis sentimen menunjukkan bahwa lebih dari 50% opini publik di media sosial memuji peran polisi dalam menegakkan protokol kesehatan. Hingga kini, porsi sentimen positif diperkirakan berkisar antara 20-50%, tergantung pada konteksnya.

Jusuf Kalla Bantah Pernah Bertemu Silfester Matutina: Klarifikasi Kasus Fitnah

Apa yang mendorong pandangan positif ini?

  • Keberhasilan Operasi Besar: Penangkapan pelaku terorisme atau sindikat kejahatan terorganisir sering mendapat aplaus dari masyarakat.
  • Respons Krisis: Dalam bencana alam, polisi sering terlihat sebagai penyelamat, memberikan bantuan logistik atau evakuasi.
  • Inisiatif Sosial: Program seperti pembagian sembako atau edukasi keselamatan lalu lintas juga menuai dukungan.

Namun, sorotan positif ini sering kali tenggelam di bawah gelombang kritik yang lebih keras, menunjukkan bahwa kepercayaan publik masih rapuh.

Sentimen Negatif: Bayang-Bayang Kontroversi

Dominasi sentimen negatif terhadap polisi menjadi fenomena yang sulit diabaikan. Dalam beberapa tahun terakhir, porsi opini negatif di platform seperti Twitter (kini X) bisa mencapai 50-80%, terutama saat muncul kasus-kasus kontroversial. Skandal besar seperti kasus Ferdy Sambo pada 2022 atau dugaan keterlibatan polisi dalam aktivitas ilegal—mulai dari tambang hingga judi—telah meninggalkan luka mendalam dalam persepsi publik.

Faktor utama pemicu sentimen negatif meliputi:

Mie Bakso Gibran-Dasco: Simbol Kerukunan di Tengah Dinamika Politik

  • Korupsi dan Arogansi: Tuduhan pemerasan, suap, atau kolusi dengan pihak tertentu kerap menjadi bahan perbincangan.
  • Kekerasan Berlebihan: Penggunaan kekuatan yang tidak proporsional dalam demonstrasi atau razia memicu kemarahan publik.
  • Kurangnya Akuntabilitas: Lambatnya penanganan kasus internal membuat masyarakat meragukan komitmen Polri untuk membersihkan diri dari oknum bermasalah.

Narasi seperti “polisi hanya melindungi kepentingan elit” atau “hukum tajam ke bawah, tumpul ke atas” sering terdengar, mencerminkan kekecewaan yang mendalam.

Sentimen Netral: Sikap Ambivalen Masyarakat

Di tengah polarisasi antara pujian dan kritik, ada pula kelompok masyarakat yang memilih bersikap netral. Porsi sentimen ini biasanya lebih kecil, berkisar antara 7-20%, dan sering kali muncul dari mereka yang tidak memiliki pengalaman langsung dengan polisi atau yang memandang institusi ini secara pragmatis. Contohnya, dalam rutinitas seperti pengurusan dokumen atau pengaturan lalu lintas, polisi dipandang sekadar “menjalankan tugas” tanpa emosi yang kuat dari publik.

Faktor yang Membentuk Sentimen

Beberapa elemen kunci memengaruhi bagaimana polisi dilihat oleh masyarakat:

KPK Siap Bongkar Skandal: Dana Korupsi Mengalir ke Parpol

  1. Peran Media Sosial: Platform seperti X menjadi katalis yang mempercepat penyebaran opini, baik positif maupun negatif, terutama saat insiden menjadi viral.
  2. Isu Politik dan Sosial: Demonstrasi besar atau kebijakan kontroversial sering menempatkan polisi di posisi sulit, memicu sentimen negatif.
  3. Kinerja Institusi: Reformasi internal yang lambat dan minimnya transparansi terus menjadi batu sandungan bagi Polri.

Kesimpulan: Tantangan Menuju Kepercayaan Publik

Hingga Maret 2025, sentimen terhadap polisi di Indonesia tampaknya masih didominasi oleh nada negatif, meskipun ada ruang bagi peningkatan citra melalui kerja nyata dan komunikasi yang lebih baik. Polri berada pada persimpangan: di satu sisi, mereka memiliki potensi untuk menjadi pahlawan masyarakat; di sisi lain, bayang-bayang skandal terus mengikis kepercayaan. Untuk membalikkan tren ini, langkah konkret seperti penegakan hukum internal yang tegas, peningkatan pelayanan publik, dan keterbukaan terhadap kritik menjadi keharusan.

Sentiment.co.id berkomitmen untuk terus menganalisis dinamika opini publik di Indonesia. Untuk data lebih spesifik, termasuk analisis langsung dari X atau sumber lainnya, kami siap menyediakan laporan mendalam sesuai kebutuhan.


Berita Terbaru