“Melacak Denyut Hukum dan Politik Global di Pusat Peradaban Islam”
Penulis: Sentiment
Tanggal: 7 Mei 2025
Di jantung dunia Islam, dari Kairo hingga Jakarta, hukum dan isu politik internasional membentuk dinamika yang kompleks, mencerminkan perpaduan antara tradisi, modernitas, dan kepentingan global. Wilayah ini, yang menjadi pusat peradaban selama berabad-abad, kini menghadapi tantangan dan peluang dalam menavigasi hukum syariah, tata kelola negara, dan tekanan geopolitik. Artikel ini mengupas perbandingan hukum dan isu politik internasional di beberapa negara kunci dunia Islam, dengan fokus pada bagaimana kekuatan lokal dan global saling bertaut.
Hukum: Antara Syariah dan Sekuler
Hukum di dunia Islam tidak pernah satu warna. Di Arab Saudi, sistem hukum syariah berbasis Wahabi tetap menjadi tulang punggung, dengan reformasi baru-baru ini seperti hak perempuan untuk mengemudi menandakan pergeseran gradual menuju modernisasi. Namun, pelaksanaan hukum pidana seperti hudud masih menuai kritik dari komunitas internasional karena dianggap bertentangan dengan standar hak asasi manusia (HAM). Sebaliknya, Turki di bawah Recep Tayyip Erdogan menunjukkan pendekatan yang lebih sekuler, meskipun ada upaya untuk memperkuat identitas Islam dalam kebijakan publik, seperti konversi Hagia Sophia menjadi masjid pada 2020.
Di Asia Tenggara, Indonesia dan Malaysia menawarkan model hibrida. Indonesia, dengan populasi Muslim terbesar di dunia, menerapkan sistem hukum yang pluralis, di mana syariah diterapkan di wilayah tertentu seperti Aceh, tetapi konstitusi Pancasila tetap menjadi dasar negara. Malaysia, dengan sistem monarki konstitusional, menggabungkan syariah untuk urusan keluarga dan moral dengan hukum sipil berbasis common law untuk urusan komersial. Namun, ketegangan sering muncul ketika hukum syariah dianggap membatasi kebebasan individu, seperti dalam kasus hukuman cambuk untuk pelanggaran moral.
Perbandingan ini menunjukkan bahwa penerapan hukum di dunia Islam sangat dipengaruhi oleh konteks sejarah, budaya, dan politik lokal. Sementara beberapa negara berupaya menyelaraskan syariah dengan norma internasional, yang lain tetap teguh pada interpretasi konservatif, sering kali memicu debat tentang HAM dan keadilan.
Isu Politik Internasional: Geopolitik dan Identitas
Politik internasional di dunia Islam tidak dapat dipisahkan dari pengaruh kekuatan global seperti Amerika Serikat, Tiongkok, dan Rusia, serta rivalitas regional seperti antara Arab Saudi dan Iran. Di Timur Tengah, konflik seperti perang Yaman dan ketegangan Israel-Palestina terus menjadi sorotan. Arab Saudi, dengan visi 2030-nya, berusaha memposisikan diri sebagai pusat ekonomi dan budaya, tetapi dukungannya terhadap koalisi dalam perang Yaman telah memicu kritik atas pelanggaran HAM. Di sisi lain, Iran, dengan pengaruhnya melalui proksi seperti Hizbullah, tetap menjadi pemain kunci dalam menentang hegemoni Barat, meskipun di bawah tekanan sanksi ekonomi.
Di luar Timur Tengah, Indonesia dan Turki muncul sebagai aktor penting dalam diplomasi Islam global. Indonesia, melalui Organisasi Kerjasama Islam (OKI), sering kali menjadi penengah dalam isu-isu seperti Palestina, sementara Turki memainkan peran aktif di Suriah dan Libya, memperluas pengaruhnya sebagai kekuatan neo-Ottoman. Namun, kedua negara juga menghadapi tantangan domestik, seperti polarisasi politik dan ancaman radikalisme, yang memengaruhi posisi mereka di panggung dunia.
Isu lain yang mencolok adalah respons terhadap Islamofobia dan narasi kontraterorisme. Banyak negara Muslim menuntut penghormatan terhadap identitas agama mereka, tetapi sering kali terjebak dalam stereotip yang dibentuk oleh media Barat. Inisiatif seperti Dialog Peradaban yang dipromosikan oleh Qatar dan Turki berupaya menjembatani kesenjangan ini, tetapi hasilnya masih terbatas di tengah meningkatnya sentimen anti-Islam di beberapa negara Eropa.
Tantangan dan Harapan
Di tengah kompleksitas ini, dunia Islam berada pada persimpangan. Hukum syariah, sebagai warisan spiritual dan intelektual, terus diuji oleh kebutuhan akan modernisasi dan tekanan global. Sementara itu, politik internasional menuntut keseimbangan antara kepentingan nasional dan solidaritas umat. Negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia menunjukkan bahwa harmonisasi antara Islam dan demokrasi bukanlah hal yang mustahil, tetapi tantangan seperti korupsi, ketimpangan ekonomi, dan radikalisme tetap menjadi hambatan.
Ke depan, dunia Islam memiliki peluang untuk memimpin narasi global dengan memanfaatkan kekayaan budaya, sumber daya manusia, dan posisi strategisnya. Kolaborasi antarnegara Muslim, seperti melalui OKI atau inisiatif ekonomi seperti Islamic Development Bank, dapat memperkuat posisi mereka dalam menjawab isu-isu global, dari perubahan iklim hingga ketidakadilan ekonomi.
Kesimpulan
Jantung dunia Islam berdetak dengan dinamika hukum dan politik yang kaya namun penuh tantangan. Dari penerapan syariah yang beragam hingga peran geopolitik yang semakin menonjol, wilayah ini terus membentuk dan dibentuk oleh arus global. Dengan keseimbangan antara identitas dan inovasi, dunia Islam dapat menjadi kekuatan yang tidak hanya bertahan, tetapi juga memimpin di panggung dunia.
Penulis: Sentiment
7 Mei 2025