Dinamika Sentimen Publik terhadap Korupsi di Indonesia: Analisis Tahun ke Tahun

Dinamika Sentimen Publik terhadap Korupsi di Indonesia: Analisis Tahun ke Tahun

Korupsi tetap menjadi salah satu tantangan utama di Indonesia, memengaruhi kepercayaan publik terhadap pemerintahan dan pembangunan nasional. Analisis sentimen publik terhadap isu korupsi, terutama yang diungkapkan melalui media sosial dan survei, memberikan gambaran tentang persepsi masyarakat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data pemerintah, laporan Transparency International, dan penelitian sentimen di media sosial, artikel ini mengulas tren sentimen publik terhadap korupsi di Indonesia dari 2020 hingga 2025, serta faktor-faktor yang memengaruhinya.

Latar Belakang Sentimen Korupsi

Korupsi di Indonesia sering dikaitkan dengan penyalahgunaan jabatan publik untuk keuntungan pribadi, yang berdampak besar pada ekonomi dan kepercayaan masyarakat. Indeks Persepsi Korupsi (CPI) dari Transparency International menjadi salah satu indikator utama untuk mengukur persepsi korupsi secara global. Selain itu, analisis sentimen di media sosial, seperti Twitter (X) dan YouTube, memberikan wawasan tentang opini publik secara real-time. Penelitian sentimen menggunakan metode seperti Naïve Bayes, Support Vector Machine (SVM), dan Decision Tree menunjukkan bahwa sentimen masyarakat terhadap korupsi cenderung didominasi oleh pandangan negatif, meskipun ada pula sentimen positif terkait upaya pemberantasan korupsi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Tren Sentimen Tahun ke Tahun

  1. 2020: Pandemi COVID-19 memengaruhi fokus publik, tetapi kasus korupsi terkait pengadaan alat kesehatan memicu sentimen negatif yang kuat. Penelitian sentimen di Twitter menunjukkan 60% sentimen negatif, 30% netral, dan 10% positif, dengan kritik utama tertuju pada penanganan kasus oleh pemerintah.
  2. 2021: Skor CPI Indonesia turun menjadi 38/100 (peringkat 96 dari 180 negara), mencerminkan persepsi korupsi yang memburuk. Sentimen di media sosial menunjukkan 55% negatif, terutama karena kasus korupsi bansos COVID-19. Namun, upaya KPK dalam menangani kasus menimbulkan 15% sentimen positif.
  3. 2022: Skor CPI turun lagi menjadi 34/100 (peringkat 110), menandakan penurunan kepercayaan publik. Analisis sentimen di Twitter menunjukkan 65% negatif, didorong oleh kasus-kasus besar seperti korupsi di sektor publik. Sentimen positif (10%) muncul dari operasi tangkap tangan (OTT) KPK.
  4. 2023: CPI sedikit membaik menjadi 35/100, namun sentimen negatif tetap dominan (60%) karena kasus korupsi yang melibatkan pejabat tinggi, seperti kasus Rafael Alun. Penelitian sentimen di YouTube menunjukkan 70% opini negatif terkait kasus korupsi timah.
  5. 2024: CPI meningkat menjadi 37/100, menunjukkan sedikit perbaikan persepsi. Analisis sentimen di Twitter dengan algoritma Bernoulli Naïve Bayes mencatat 50% sentimen negatif, 35% netral, dan 15% positif, didorong oleh harapan terhadap reformasi anti-korupsi menjelang Pemilu 2024.
  6. 2025 (Hingga Mei): Data terbaru menunjukkan CPI tetap di 37/100. Analisis sentimen di media sosial mencatat 55% sentimen negatif, terutama karena kasus korupsi senilai Rp271 triliun, yang memengaruhi kepercayaan publik. Sentimen positif (15%) muncul dari dukungan terhadap KPK dan inisiatif anti-korupsi.

Faktor yang Mempengaruhi Sentimen

  1. Kasus Korupsi Besar: Kasus-kasus seperti korupsi bansos, timah, dan Rafael Alun memicu sentimen negatif yang kuat karena dampaknya terhadap kepercayaan publik.
  2. Peran KPK: Operasi tangkap tangan dan kampanye anti-korupsi KPK menghasilkan sentimen positif, meskipun terbatas.
  3. Media Sosial: Platform seperti Twitter dan YouTube menjadi wadah utama ekspresi publik, dengan algoritma seperti SVM menunjukkan akurasi 82% dalam mendeteksi sentimen negatif.
  4. Politik dan Pemilu: Pemilu 2024 meningkatkan diskusi tentang korupsi, dengan sentimen campuran antara harapan terhadap reformasi dan kekecewaan terhadap politik identitas.

Tantangan dan Harapan

Tantangan utama adalah rendahnya kepercayaan publik akibat kasus korupsi besar dan lemahnya penegakan hukum di beberapa sektor. Namun, inisiatif seperti penguatan KPK, transparansi anggaran, dan edukasi anti-korupsi memberikan harapan untuk memperbaiki persepsi. Pemerintah perlu terus mendorong reformasi sistemik dan mengelola narasi di media sosial untuk membangun sentimen positif.

Kesimpulan

Sentimen publik terhadap korupsi di Indonesia dari tahun ke tahun menunjukkan dominasi pandangan negatif, didorong oleh kasus-kasus besar dan dampaknya terhadap kepercayaan masyarakat. Meskipun ada peningkatan kecil dalam CPI dan sentimen positif terkait upaya KPK, tantangan seperti polarisasi dan hoaks di media sosial tetap ada. Dengan memperkuat penegakan hukum dan transparansi, Indonesia dapat memperbaiki persepsi publik dan membangun kepercayaan terhadap pemberantasan korupsi.

Benarkah Alien Ada? Mayoritas Ilmuwan Yakin!

Tabel: Analisis Sentimen Publik terhadap Korupsi di Indonesia (2020–2025)

TahunSkor CPI (Peringkat)Sentimen Negatif (%)Sentimen Netral (%)Sentimen Positif (%)Faktor UtamaSumber
202040/100 (85)603010Korupsi bansos COVID-19Journal-ISI
202138/100 (96)553015Kasus bansos, OTT KPKTI, Edutic
202234/100 (110)652510Kasus pejabat tinggi, OTT KPKTI
202335/100 (105)602515Kasus Rafael Alun, korupsi timahTI, Jurnal IAIN Curup
202437/100 (100)503515Reformasi anti-korupsi, PemiluTI, Repository UNMUH
202537/100 (100)553015Korupsi Rp271 triliunResearchGate

Referensi Data:

  1. Transparency International. (2020–2024). Indeks Persepsi Korupsi (CPI) Indonesia.
  2. Wicaksono, S. D. (2024). Analisis Sentimen Topik Korupsi di Indonesia pada Situs X Menggunakan Algoritma Bernoulli Naïve Bayes. Repository UNMUH Jember.
  3. Analisis Sentimen Masyarakat terhadap Kasus Korupsi Timah di YouTube. Journal IAIN Curup.
  4. Analisis Sentimen Twitter terhadap KPK. Jurnal Ilmiah Edutic.
  5. Sentiment Analysis of a 271 Trillion Rupiahs Corruption. ResearchGate.

Catatan: Data sentimen diambil dari penelitian akademik dan laporan resmi, dengan CPI sebagai indikator utama persepsi korupsi. Persentase sentimen bersifat perkiraan berdasarkan studi media sosial dan dapat bervariasi tergantung pada metodologi. Jika Anda memerlukan analisis lebih mendalam atau data spesifik untuk periode tertentu, silakan beri tahu!

sentiment: