Ekonomi Mudik News

Driver Ojol Hanya Dapat THR Rp 50 Ribu dari Perusahaan, Kekecewaan Membuncah Jelang Lebaran

Sentiment.co.id

Jakarta, 27 Maret 2025 – Harapan para driver ojek online (ojol) untuk menyambut Hari Raya Idulfitri dengan sukacita tampaknya pupus sudah. Alih-alih mendapatkan Tunjangan Hari Raya (THR) yang layak, mayoritas mitra pengemudi dari berbagai perusahaan aplikasi transportasi daring hanya menerima bonus sebesar Rp 50 ribu. Nilai yang jauh dari kata cukup untuk memenuhi kebutuhan Lebaran ini memicu gelombang kekecewaan dan kemarahan di kalangan driver.

Seorang driver ojol bernama Rusdi, yang telah mengabdi selama lima tahun di salah satu platform ternama, tak bisa menyembunyikan rasa frustrasinya. “Lima tahun saya narik, pagi sampai malam, kadang sampai lupa waktu sama keluarga. Terus dikasih Rp 50 ribu? Ini buat apa? Beli ketupat aja enggak cukup!” keluhnya dengan nada getir saat ditemui di kawasan Jakarta Selatan, Kamis (27/3/2025).

Sentimen serupa juga terdengar dari berbagai sudut kota. Para driver yang selama ini menjadi tulang punggung layanan transportasi daring merasa diperlakukan tidak adil oleh perusahaan yang meraup keuntungan besar. “Kami yang panas-panasan, hujan-hujanan, tapi perusahaan cuma ngasih recehan. Ini bukan apresiasi, ini pelecehan!” tegas Agus, driver lainnya yang mengaku hanya tidur tiga jam sehari demi mengejar order.

Kemarahan ini semakin memuncak setelah Presiden Prabowo Subianto pada awal Maret lalu mengimbau perusahaan aplikator untuk memberikan bonus hingga Rp 1 juta kepada para mitra driver. Imbauan tersebut, yang awalnya disambut harapan besar, kini terasa seperti angin lalu. Serikat Pekerja Angkutan Indonesia (SPAI) bahkan menyebut nilai Rp 50 ribu ini “tidak manusiawi” dan jauh dari standar kebutuhan hidup layak. “Untuk sehari saja tidak cukup, apalagi buat Lebaran,” ungkap Lily Pujiati, Ketua SPAI, dalam pernyataannya.

Dapatkan Bansos Beras 10 Kg di 2025, Ini Langkah Mudah untuk Mendaftar

Sementara itu, perusahaan ojol berdalih bahwa besaran bonus disesuaikan dengan kemampuan finansial dan kategori produktivitas driver. Namun, alasan ini tak mampu meredam amarah. Banyak driver menilai perusahaan sengaja mengabaikan kontribusi mereka yang telah menopang operasional selama bertahun-tahun. “Mereka untung triliunan, kami cuma dapat remah-remah. Adilnya di mana?” tanya Rusdi dengan tatapan kosong.

Aksi protes pun mulai digaungkan. SPAI berencana menggelar demonstrasi besar-besaran ke Kementerian Ketenagakerjaan untuk menuntut keadilan. “Kami tidak akan diam. Driver ojol bukan budak yang bisa diperlakukan seenaknya,” tegas Lily. Di tengah situasi ini, publik kini menanti respons nyata dari pemerintah dan perusahaan, atau Lebaran tahun ini akan menjadi momen kelam bagi para pejuang jalanan.

Penulis: Sentiment

error: Dilarang Copy ya Disini 👊