Dunia saat ini dihadapkan pada berbagai ketegangan dan konflik yang mempengaruhi stabilitas global. Dari perang di Ukraina yang melibatkan tudingan keterlibatan China, penyelundupan ilegal di perbatasan Korea Utara dan China yang memicu tragedi kemanusiaan, hingga ambisi politik mantan Wakil Presiden AS Kamala Harris, peristiwa-peristiwa ini mencerminkan kompleksitas hubungan internasional dan dampaknya terhadap politik domestik.
Konflik Ukraina dan Tudingan Terhadap China: Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menuduh bahwa 155 warga negara China ikut berperang di pihak Rusia dalam konflik Ukraina, dengan klaim bentrokan melibatkan enam tentara China dan dua ditangkap. Rusia, melalui Dmitry Peskov, membantah dan menyatakan China mempertahankan posisi seimbang sebagai mitra strategis. China, melalui Kementerian Luar Negeri, menegaskan bukan pihak dalam krisis dan mendukung resolusi damai (Zelensky Tuding 155 Tentara China).
Penyelundupan Ilegal di Perbatasan Korea Utara dan China: Aktivitas penyelundupan ilegal, seperti batubara dan minyak, terus berlanjut meskipun sanksi PBB 2017. Baru-baru ini, kapal kargo Korea Utara tenggelam setelah bertabrakan dengan kapal China, menewaskan hampir 20 awak, tetapi tidak ada pernyataan resmi dari kedua negara. Ahli seperti Byung-kwan Park dari INSS menyoroti kegagalan China menegakkan sanksi, merusak denuklirisasi Korea Utara dan stabilitas Asia Timur Laut (Penyelundupan Ilegal di Perbatasan).
Ambisi Politik Kamala Harris: Mantan Wakil Presiden AS Kamala Harris mempertimbangkan mencalonkan diri sebagai gubernur California pada 2026 setelah kalah dari Donald Trump pada pemilihan 2024. Ia melihat posisi ini sebagai platform melawan kebijakan era Trump, dengan pemilihan dijadwalkan 3 November 2026. Jajak pendapat menunjukkan ia memimpin, meskipun ada pesaing seperti Xavier Becerra (Ingin Tetak Eksis Kamala Harris).
Kesimpulan: Peristiwa ini menunjukkan bagaimana isu global dan domestik saling terkait, memerlukan pendekatan diplomasi yang hati-hati untuk menjaga stabilitas dunia.
Sumber: SINDOnews Internasional
Reaksi Sentiment Public
