Dampak Reshuffle Kabinet pada Pasar Modal
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung merosot pada perdagangan setelah Presiden Prabowo Subianto resmi merombak Kabinet Merah Putih. Salah satu langkah mengejutkan adalah pergantian posisi Menteri Keuangan dari Sri Mulyani Indrawati kepada Purbaya Yudhi Sadewa.
IHSG ditutup melemah 1,28% atau setara dengan 100,49 poin, berada di level 7.766,84. Tekanan paling besar datang dari aksi jual di sektor perbankan yang menjadi penopang utama indeks.
Sektor Perbankan Jadi Penekan
Saham-saham perbankan besar menjadi sentral pelemahan IHSG. Berikut beberapa catatan penting:
- Bank Central Asia (BBCA) turun 3,75% ke Rp 7.700 per saham
- Bank Mandiri (BMRI) melemah 4,06% ke Rp 4.490
- Bank Rakyat Indonesia (BBRI) terkoreksi 2,50% ke Rp 3.900
- Bank Negara Indonesia (BBNI) anjlok 4,35% ke Rp 4.180
- Bank Tabungan Negara (BBTN) jatuh hampir 10% ke Rp 1.155
Secara sektoral, finansial terkoreksi 2,48%, diikuti sektor siklikal dan infrastruktur yang masing-masing turun 2,48% dan 2,07%.
Laporan Kinerja Keuangan Perbankan
Tekanan saham perbankan beriringan dengan laporan kinerja hingga Juli 2025.
- BRI mencatat penurunan laba bersih 9,01% menjadi Rp 28,58 triliun
- BNI terkoreksi 5,17% yoy menjadi Rp 11,87 triliun
- Sebaliknya, BCA masih tumbuh positif, naik 10,5% yoy menjadi Rp 34,7 triliun
Kondisi ini membuat pelaku pasar semakin berhati-hati menghadapi dinamika politik sekaligus fundamental sektor perbankan.
Respon Pasar dan Analis
Menurut Felix Darmawan, Ekonom Panin Sekuritas, pergantian Sri Mulyani menimbulkan shock di pasar:
“Sri Mulyani dianggap simbol kredibilitas fiskal Indonesia di mata investor global. Begitu kabar reshuffle keluar, wajar IHSG langsung merah.”
Meski demikian, ia menilai dampak ini hanya bersifat jangka pendek. Dalam jangka menengah, IHSG dapat kembali stabil bila arah kebijakan fiskal dikomunikasikan dengan jelas.
📌 Kesimpulan:
Pergantian Sri Mulyani ke Purbaya Yudhi Sadewa langsung memukul IHSG terutama lewat sektor perbankan. Namun, analis meyakini gejolak ini akan mereda bila pemerintah mampu menjaga konsistensi komunikasi fiskal dan memberi sinyal positif kepada pasar.
Komentar