Sentiment.co.id – Tunjangan Hari Raya (THR) merupakan tradisi yang sudah mengakar di masyarakat Indonesia, terutama menjelang Hari Raya Idulfitri. Bagi banyak orang, memberikan THR adalah bentuk kebahagiaan dan kebersamaan, sekaligus cara untuk berbagi rezeki. Namun, dalam praktiknya, sering kali muncul pertanyaan: kepada siapa sebaiknya THR diberikan? Apakah semua anggota keluarga harus mendapat bagian? Untuk menjawab ini, para perencana keuangan memberikan panduan yang bisa menjadi acuan agar tradisi ini tetap bermakna tanpa mengganggu stabilitas finansial Anda.
1. Prioritaskan Keluarga Terdekat yang Membutuhkan
Menurut perencana keuangan, prioritas utama pemberian THR sebaiknya diberikan kepada anggota keluarga terdekat yang memang membutuhkan dukungan finansial. Misalnya, keponakan atau sepupu yang masih sekolah, orang tua yang sudah tidak bekerja, atau saudara yang sedang menghadapi kesulitan ekonomi. Memberikan THR kepada mereka yang benar-benar membutuhkan akan memberikan dampak positif yang lebih besar, baik dari sisi emosional maupun praktis.
“THR bukan sekadar tradisi, tapi juga bentuk kepedulian. Jadi, alih-alih memberi ke semua orang secara merata, fokuslah pada mereka yang kehadiran THR-nya akan membantu meringankan beban hidup,” ujar salah satu perencana keuangan.
2. Pertimbangkan Usia dan Status Penerima
Tradisi THR biasanya identik dengan pemberian kepada anak-anak atau generasi yang lebih muda sebagai bentuk kasih sayang. Namun, perencana keuangan menyarankan untuk melihat konteks yang lebih luas. Anak-anak yang masih bergantung pada orang tua memang layak mendapat prioritas, terutama jika THR bisa digunakan untuk kebutuhan sekolah atau keperluan Lebaran mereka. Sementara itu, anggota keluarga yang sudah dewasa dan mandiri secara finansial sebaiknya tidak menjadi prioritas, kecuali ada situasi khusus.
3. Sesuaikan dengan Kemampuan Finansial
Salah satu poin terpenting yang selalu ditekankan oleh perencana keuangan adalah menyesuaikan jumlah dan penerima THR dengan kemampuan finansial Anda. Jangan sampai tradisi ini justru menjadi beban yang mengganggu anggaran bulanan atau tabungan jangka panjang. Buatlah daftar prioritas dan alokasikan dana sesuai dengan pos keuangan yang sudah Anda rencanakan sebelumnya.
“Jika THR membuat Anda harus berutang atau mengorbankan kebutuhan pokok, itu pertanda Anda perlu mengevaluasi ulang pemberiannya. Berbagi itu baik, tapi jangan sampai mengorbankan stabilitas diri sendiri,” saran seorang ahli keuangan.
4. Komunikasi Terbuka dengan Keluarga
Agar tidak ada kesalahpahaman, komunikasi terbuka dengan keluarga besar bisa menjadi solusi. Jelaskan bahwa pemberian THR akan disesuaikan dengan kondisi tertentu, misalnya hanya untuk anak-anak atau mereka yang membutuhkan. Dengan begitu, ekspektasi keluarga bisa dikelola, dan Anda tetap bisa menjalankan tradisi tanpa tekanan.
5. Alternatif Non-Material
Jika anggaran terbatas, perencana keuangan juga menyarankan untuk mempertimbangkan alternatif selain uang tunai. Misalnya, memberikan hampers, pakaian baru, atau makanan khas Lebaran. Bentuk pemberian ini tetap mencerminkan semangat berbagi tanpa harus mengeluarkan dana besar.
Kesimpulan
Memberikan THR adalah tradisi yang indah, tetapi perlu dikelola dengan bijak. Dengan memprioritaskan keluarga terdekat yang membutuhkan, mempertimbangkan usia dan status penerima, serta menyesuaikan dengan kemampuan finansial, Anda bisa menjalankan tradisi ini tanpa mengorbankan kesehatan keuangan. Komunikasi yang baik dan alternatif non-material juga bisa menjadi solusi agar semangat Lebaran tetap terjaga. Jadi, sebelum menyiapkan amplop THR, luangkan waktu untuk merencanakan dengan matang—karena berbagi kebahagiaan tak harus menguras dompet!
Reaksi Sentiment Public