Hot News

Lewat TikTok, Putin Rekrut Pengangguran China Jadi Tentara Rusia

Lewat TikTok, Putin Rekrut Pengangguran China Jadi Tentara Rusia
Oleh: Tim Redaksi Sentiment.co.id
Tanggal: 16 April 2025

Moskow – Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengungkapkan bahwa Rusia telah merekrut warga negara China untuk bergabung dalam angkatan bersenjatanya melalui iklan yang disebarkan di media sosial, khususnya TikTok dan platform China lainnya seperti Douyin. Klaim ini muncul setelah pasukan Ukraina menangkap dua warga China yang bertempur bersama Rusia di wilayah Donetsk, menambah kekhawatiran akan eskalasi konflik yang melibatkan pihak asing.

Menurut Zelensky, setidaknya 155 warga China telah diidentifikasi bertempur untuk Rusia, dengan kemungkinan jumlah sebenarnya jauh lebih besar. “Ini bukan kasus terisolasi, tetapi kampanye sistematis Rusia untuk merekrut warga China, termasuk melalui iklan terbuka di media sosial,” ujar Zelensky dalam pernyataan resminya, sebagaimana dikutip dari Newsweek. Iklan-iklan tersebut menawarkan iming-iming finansial yang menggiurkan, seperti bonus pendaftaran hingga 400.000 rubel (sekitar Rp 77 juta) dan gaji bulanan antara 60.000 hingga 200.000 rubel (sekitar Rp 11,5 juta hingga Rp 38 juta), angka yang jauh lebih tinggi dibandingkan pendapatan rata-rata di luar kota-kota besar China.

Salah satu warga China yang ditangkap, Wang Guangjun (34), mengaku terpikat oleh iklan di Douyin yang menjanjikan pekerjaan sebagai terapis rehabilitasi untuk tentara Rusia yang terluka. Namun, setelah tiba di Moskow, ia dipaksa menandatangani kontrak militer dan dikirim ke garis depan di Donetsk. “Saya tidak punya kendali atas situasi setelah tiba di kamp pelatihan,” kata Wang dalam konferensi pers yang diadakan Ukraina, seperti dilansir Business Insider. Warga China lainnya, Zhang Renbo (27), mengatakan ia awalnya datang ke Rusia sebagai turis, tetapi tergiur iklan yang menawarkan bayaran besar untuk bergabung dengan militer Rusia.

Motivasi Ekonomi dan Propaganda
Banyak dari warga China yang direkrut dilaporkan adalah individu yang menganggur atau mencari penghasilan tambahan. Krisis ekonomi di beberapa wilayah China, ditambah dengan promosi media sosial yang menonjolkan gaji tinggi dan “petualangan” militer, menjadi daya tarik utama. Selain itu, media sosial China kerap menampilkan konten pro-Rusia, termasuk video propaganda yang memuji aliansi “tanpa batas” antara Beijing dan Moskow. Konten semacam ini, menurut laporan ABC News, sering kali lolos dari sensor ketat pemerintah China, memicu spekulasi bahwa Beijing mungkin menutup mata terhadap aktivitas perekrutan ini.

Terungkap! Korupsi Kuota Haji: Fee Rp 42-113 Juta Mengguncang Kemenag, Apa Kata KPK?

Namun, Kementerian Luar Negeri China membantah tuduhan bahwa pihaknya terlibat atau mendukung perekrutan ini. Juru bicara Lin Jian menyebut klaim Zelensky “tidak berdasar” dan menegaskan bahwa China menyerukan warganya untuk menjauhi zona konflik. “Kami sedang memverifikasi informasi terkait warga kami yang ditangkap,” tambahnya, seraya memperingatkan Kyiv agar tidak membuat “pernyataan tidak bertanggung jawab”.

Reaksi Internasional dan Implikasi Geopolitik
Perekrutan warga China oleh Rusia menambah kompleksitas konflik Ukraina-Rusia, yang telah melibatkan pihak asing seperti Korea Utara, yang dilaporkan mengirim ribuan tentara ke Rusia. Zelensky menyebut langkah Rusia ini sebagai “kesalahan kedua” setelah keterlibatan Korea Utara, dan memperingatkan bahwa hal ini dapat “menyeret” China lebih dalam ke dalam konflik. Ia juga mengindikasikan bahwa Amerika Serikat menganggap keterlibatan warga China sebagai “tidak dapat diterima”, meskipun belum ada pernyataan resmi dari Washington.

Analis militer Michael Clarke, dikutip dari The US Sun, menyebut penangkapan dua warga China ini sebagai perkembangan yang “sangat serius”, karena dapat menimbulkan persepsi bahwa China mendukung Rusia secara militer, meskipun Beijing bersikeras tetap netral. Sementara itu, Inggris menyatakan belum menemukan bukti bahwa warga China yang direkrut memiliki hubungan dengan pemerintah Beijing.

Kondisi di Medan Perang
Laporan dari mantan tentara bayaran China, seperti Li Jianwei, menggambarkan kondisi buruk di garis depan, termasuk tingkat kematian yang tinggi dan peralatan militer yang kurang memadai. “Rata-rata, dari saat Anda memasuki medan perang hingga tewas, hanya butuh 8 sampai 10 jam,” ungkap Li dalam sebuah video di media sosial China, seperti dilansir Newsweek. Pernyataan ini diperkuat oleh Wang dan Zhang, yang menyebut Rusia “tidak sekuat yang diklaim” dan Ukraina “tidak seburuk yang dikatakan”.

Di sisi lain, Rusia belum memberikan komentar resmi terkait tuduhan perekrutan ini. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, hanya menyatakan bahwa ia “tidak bisa mengomentari informasi tersebut”.

10 Ide Bisnis Rumahan: Omzet Besar Modal Kecil

Tantangan bagi Ukraina dan Dunia
Zelensky menegaskan bahwa Ukraina siap menukar warga China yang ditangkap dengan tahanan Ukraina yang ditahan Rusia. Ia juga meminta respons yang lebih tegas dari komunitas internasional, termasuk dari pemerintahan baru AS di bawah Presiden Donald Trump, untuk menekan Rusia dan mencegah eskalasi lebih lanjut.

Perekrutan warga China melalui TikTok ini tidak hanya menyoroti strategi Rusia dalam memperkuat angkatan bersenjatanya, tetapi juga menimbulkan pertanyaan tentang peran media sosial dalam konflik modern dan hubungan geopolitik yang rumit antara Rusia, China, dan Barat. Dengan ketegangan yang terus meningkat, dunia kini menanti langkah selanjutnya dari Beijing dan Moskow dalam menangani krisis ini.

Referensi:

  • Newsweek: Russia Recruited Dozens of Chinese Troops Via TikTok
  • Business Insider: Captured Chinese Soldier Said Videos on TikTok Convinced Him
  • The US Sun: Captured Chinese Troops Claim They Were Fed Lies
  • ABC News: Posts on Chinese Social Media Encourage Joining Putin’s Army
  • The Guardian: Russia’s Ads Recruiting Chinese Mercenaries

Berita Terkait

Berita Terbaru