Hot News Isu sosial

Menguak Misteri Bendera One Piece yang Viral Jelang HUT ke-80 RI: Simbol Kebebasan atau Provokasi?

Menguak Misteri Bendera One Piece yang Viral Jelang HUT ke-80 RI: Simbol Kebebasan atau Provokasi?

Pendahuluan: Bendera One Piece yang Viral Jelang HUT ke-80 RI

Bendera One Piece yang Viral Jelang HUT ke-80 RI, sebuah fenomena tak biasa mengguncang jagat media sosial: bendera hitam bertengkorak dengan topi jerami, ikonik dari anime One Piece, berkibar di berbagai penjuru Indonesia. Dari tiang rumah, bodi truk, hingga panel kaca mobil, bendera Jolly Roger milik Kru Topi Jerami ini mendadak jadi sorotan.

Asal-Usul Bendera One Piece: Jolly Roger dan Kru Topi Jerami

Dalam dunia One Piece, ciptaan mangaka legendaris Eiichiro Oda, Jolly Roger adalah bendera bajak laut yang menjadi identitas setiap kru. Berbeda dari bendera bajak laut tradisional yang menyeramkan, Jolly Roger Kru Topi Jerami, yang dipimpin Monkey D. Luffy, memiliki desain unik: tengkorak tersenyum lebar dengan topi jerami jingga berpita merah, di atas dua tulang bersilang. Desain ini, dibuat oleh kru bernama Usopp karena Luffy tak pandai menggambar, pertama kali muncul di manga bab ke-5 dan episode ke-3, saat Roronoa Zoro bergabung sebagai anggota pertama. Topi jerami itu sendiri bukan sembarang hiasan—ia adalah warisan dari Shanks, kapten Bajak Laut Rambut Merah, melambangkan kepercayaan, impian, dan janji Luffy untuk menjadi Raja Bajak Laut, simbol kebebasan tertinggi di lautan.

Berbeda dari stereotip bajak laut yang merampok, Kru Topi Jerami dikenal sebagai protagonis yang memperjuangkan keadilan. Mereka membebaskan Alabasta dari Crocodile, Dressrosa dari Doflamingo, dan Negeri Wano dari Kaido, menentang tirani Pemerintah Dunia (World Government) yang korup. Jolly Roger mereka bukan sekadar logo, melainkan deklarasi perlawanan terhadap penindasan, simbol persahabatan, dan tekad mengejar mimpi. Dalam konteks One Piece, mengibarkan Jolly Roger berarti menolak tunduk pada kekuasaan absolut dan memperjuangkan kebebasan. Namun, mengapa simbol fiksi ini kini berkibar di dunia nyata Indonesia?

Fenomena Viral: Dari Media Sosial hingga Jalanan

Fenomena ini bermula dari seruan di media sosial, seperti unggahan akun Instagram @aliansimahasiswapenggugat pada 30 Juli 2025, yang menyerukan “Darurat Tenryubito” dan mengajak masyarakat mengibarkan Jolly Roger sebagai simbol revolusi. Istilah Tenryubito, merujuk pada bangsawan dunia yang semena-mena dalam One Piece, digunakan untuk menyindir elit yang dianggap menindas rakyat. Video-video di TikTok, seperti dari @imamromeo1, menunjukkan bendera One Piece berkibar di truk, perahu nelayan, dan rumah, sering berdampingan dengan Merah Putih. Fenomena ini menyebar dari Grobogan, Jawa Tengah, hingga ke berbagai daerah, termasuk Kendari dan Depok, memicu diskusi panas.

Presiden Prabowo Subianto, dalam imbauannya agar masyarakat mengibarkan bendera Merah Putih sepanjang Agustus 2025, tampaknya tak menduga munculnya bendera One Piece. Menariknya, dalam wawancara dengan kreator konten Bayu Skak, Prabowo mengaku tahu One Piece sebagai karya Jepang, bahkan bertanya, “Ada nggak anak Indonesia yang bisa bikin kayak begitu?” Pertanyaan ini membuka diskusi tentang potensi industri kreatif, namun tak meredakan kontroversi bendera.

Tes CPNS 2025: Jadwal Resmi, Tahapan, dan Tips Lolos

Makna di Balik Jolly Roger: Kebebasan, Perlawanan, atau Provokasi?

Bagi penggemar One Piece, Jolly Roger Topi Jerami bukan sekadar simbol bajak laut, melainkan representasi kebebasan, persahabatan, dan perlawanan terhadap ketidakadilan. Dalam cerita, Luffy dan kru menentang Pemerintah Dunia, yang digambarkan sebagai rezim korup yang menutupi sejarah dan menindas rakyat. Topi jerami, warisan dari Shanks, melambangkan janji Luffy untuk hidup bebas dan mengejar mimpinya. Tengkorak tersenyum mencerminkan semangat ceria kru meski menghadapi bahaya, seolah berkata bahwa tawa dan harapan tetap ada di tengah kekacauan.

Di Indonesia, pengibaran bendera ini dianggap sebagian warganet sebagai sindiran tajam terhadap kondisi sosial-politik. Akun seperti @murthadaone1 menyebut bendera ini sebagai “jeritan generasi muda” terhadap kebijakan pemerintah, seperti pajak yang dianggap memberatkan, blokir rekening oleh PPATK, hingga klaim Asuransi Kesehatan yang bermasalah. Bagi mereka, Jolly Roger adalah simbol perlawanan tanpa kekerasan, mirip aksi Luffy melawan tirani. Seorang warga Depok, Rian (32), mengatakan, “Selama ini kita kayak nggak merdeka, gitu. Bendera ini cara kami bilang cukup!”

Namun, tidak semua setuju. Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad menilai aksi ini berpotensi memecah belah, bahkan diduga sebagai gerakan sistematis berdasarkan laporan intelijen. Anggota MPR Firman Soebagyo menyebutnya “provokasi yang menjurus makar,” menyerukan tindakan tegas. Sementara, Wakil Menteri Dalam Negeri Bima Arya Sugiarto lebih terbuka, tidak mempersoalkan aksi ini selama tidak melanggar hukum.

Perspektif Hukum dan Etika Nasionalisme

Secara hukum, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara mengatur bahwa bendera Merah Putih harus dikibarkan dengan hormat dan tidak boleh sejajar atau di bawah bendera lain yang bukan lambang negara sahabat dalam acara resmi. Meski bendera One Piece bukan bendera negara, pengibarannya berdampingan dengan Merah Putih menuai kritik karena dianggap melecehkan simbol negara. Namun, banyak warganet, seperti Anchy (38) dari Kendari, membela aksi ini sebagai ekspresi kreatif, bukan pengkhianatan. “Ini bukan soal hilangnya nasionalisme, tapi protes karena hak warga nggak terpenuhi,” katanya.

Peneliti kebijakan publik Riko Noviantoro menyebut fenomena ini sebagai “nasionalisme baru” yang kreatif, serupa dengan simbol “Indonesia Darurat” sebelumnya. Ia menyarankan pemerintah melihatnya sebagai masukan untuk perbaikan kebijakan, bukan ancaman. “Masyarakat Indonesia punya cara unik menyampaikan aspirasi,” ujarnya. Namun, pertanyaan muncul: apakah simbol budaya pop seperti Jolly Roger efektif sebagai alat protes, atau justru memicu salah paham?

Cara Mudah Dapat Saldo DANA Gratis dari Aplikasi Viral 2025

Konteks Budaya Pop sebagai Alat Protes

Penggunaan budaya pop untuk protes bukan hal baru. Pada 2014, demonstran di Thailand meminjam salam tiga jari dari The Hunger Games untuk menentang kudeta militer, hingga akhirnya dilarang karena dianggap subversif. Di Indonesia, bendera One Piece menjadi media yang relatable bagi generasi muda, yang akrab dengan anime dan manga. Menurut Nicky, penggemar One Piece, simbol ini efektif menarik perhatian dan memicu diskusi, meski belum tentu menggerakkan aksi massa. “Budaya pop punya daya tarik luas, dari anak muda sampai dewasa,” katanya.

Dalam One Piece, Jolly Roger juga punya makna kontekstual. Dr. Hiluluk, mentor Tony Tony Chopper, menyebut Jolly Roger-nya sebagai simbol keyakinan untuk menyembuhkan segala penyakit. Ketika Luffy mempertahankan bendera itu dari Wapol, ia menegaskan bahwa bendera adalah “nyawa” yang mempertaruhkan cita-cita. Bagi warganet, mengibarkan Jolly Roger adalah cara mengekspresikan cita-cita serupa: keadilan, kebebasan, dan perubahan.

Pro dan Kontra: Antara Kreativitas dan Kontroversi

Pendukung aksi ini, seperti akun @aliansimahasiswapenggugat, menyebut Merah Putih “terlalu suci” untuk dikibarkan di tengah kondisi sosial yang dianggap “kotor.” Mereka melihat Jolly Roger sebagai simbol harapan akan Indonesia Emas yang lebih adil. Sebaliknya, kritikus menilai aksi ini tidak pantas, terutama karena bertepatan dengan momen sakral HUT RI. “Ini bukan ekspresi, tapi provokasi,” tegas Firman Soebagyo. Namun, sebagian netizen bercanda, seperti @narutofan_id yang menyindir “pemerintah Konoha,” menggabungkan referensi anime lain untuk meredakan ketegangan.

Analisis sentimen dari sentiment.co.id menunjukkan:

  • Positif (60%): Netizen memuji kreativitas, seperti @indopride: “Keren, anak muda bikin cara baru bilang kita nggak puas!”
  • Negatif (30%): Kekhawatiran soal etika, seperti @patriot_id: “Merah Putih cukup, jangan tambah bendera lain!”
  • Netral (10%): Pertanyaan soal dampak, seperti @sosialwatch: “Apa pemerintah bakal tanggapi serius?

Sentiment

TikTok Down: Kisah Viral di Balik Aplikasi yang Error

Dampak dan Refleksi: Apa Selanjutnya?

Fenomena bendera One Piece menunjukkan bagaimana budaya pop dapat menjadi alat ekspresi di tengah dinamika sosial. Meski memicu kontroversi, aksi ini membuka ruang diskusi tentang nasionalisme, kebebasan berekspresi, dan kepekaan pemerintah terhadap aspirasi rakyat. Apakah ini akan menjadi tren sesaat, atau memicu perubahan nyata? Hanya waktu yang bisa menjawab. Yang pasti, Jolly Roger telah membuktikan kekuatannya sebagai simbol yang tak hanya hidup di dunia fiksi, tetapi juga mengguncang realitas Indonesia.

error: Dilarang Copy ya Disini 👊