Sentiment.co.id – Rencana pemerintah menyalurkan dana sebesar Rp200 triliun dari rekening kas negara di Bank Indonesia (BI) ke perbankan disambut positif oleh para bankir. Kebijakan ini dinilai akan memperkuat likuiditas sektor perbankan sekaligus mendorong ekspansi kredit ke sektor riil.
Respons Bankir: Likuiditas Longgar, Kredit Bisa Tumbuh
Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) Nixon L. P. Napitupulu menegaskan, tambahan dana tersebut akan membuat ruang likuiditas perbankan lebih longgar. Menurutnya, kondisi ini mampu menekan ketatnya persaingan bunga dana (cost of fund) dan memacu bank untuk lebih agresif menyalurkan kredit.
“Bagus dong memperbaiki likuiditas perbankan, sehingga sedikit longgar. Perang suku bunga dana pasti akan menurun dan perbankan akan mencari jalan menaikkan pertumbuhan kredit agar dana tadi bisa optimal. Kalau BTN menargetkan naik dari 8% ke 10%,” ujar Nixon, Kamis (11/9/2025).
Hal senada disampaikan Corporate Secretary Bank Syariah Indonesia (BSI), Wisnu Sunandar. Ia menilai penempatan dana pemerintah akan memperkuat posisi likuiditas bank, terutama untuk mendukung program strategis seperti Koperasi Desa Merah Putih, penyaluran rumah bersubsidi, hingga program Makan Bergizi Gratis.
“Dana ini akan kembali kepada rakyat dalam bentuk fasilitas pembiayaan, sehingga diharapkan berdampak pada peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat,” kata Wisnu.
Kebijakan Pemerintah: Dorong Pertumbuhan Ekonomi
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menjelaskan bahwa pemindahan dana Rp200 triliun bukan berbentuk pinjaman, melainkan simpanan negara dalam bentuk mirip deposito di bank. Dengan mekanisme ini, bank akan memiliki tambahan modal kerja untuk memperluas kredit.
“Ini bukan pinjaman, tapi seperti menaruh deposito di bank. Nanti penyalurannya terserah bank, tetapi kalau negara butuh, dana bisa ditarik kembali,” tegas Purbaya di Istana Negara, Rabu (10/9/2025).
Purbaya menekankan, dana tersebut tidak boleh digunakan untuk membeli Surat Berharga Negara (SBN) atau Sekuritas BI (SRBI). Tujuannya agar dana benar-benar berputar di sektor riil dan memberi dampak langsung pada perekonomian.
Inflasi Masih Terkendali
Meski jumlah dana yang disuntik cukup besar, pemerintah meyakini tambahan likuiditas ini tidak akan memicu inflasi. Menurut Purbaya, perekonomian Indonesia masih tumbuh di bawah potensi maksimalnya yang diperkirakan bisa mencapai 6,5%. Dengan pertumbuhan saat ini sekitar 5%, masih ada ruang untuk mempercepat laju ekonomi tanpa risiko inflasi berlebihan.
“Kita masih jauh dari inflasi. Jadi kalau stimulus ini dimasukkan ke perekonomian, justru bisa mengerek pertumbuhan lebih tinggi,” tambahnya.
Penutup
Kebijakan penyuntikan dana Rp200 triliun ini memperlihatkan komitmen pemerintah mempercepat pemulihan dan pertumbuhan ekonomi nasional. Dukungan likuiditas bagi perbankan diharapkan memperluas akses pembiayaan bagi sektor riil, meningkatkan konsumsi masyarakat, serta mendorong kesejahteraan.
Komentar