Internasional

Perang Dagang Memanas: China Beralih dari Minyak Mentah AS ke Minyak Kanada

Perang Dagang Memanas: China Beralih dari Minyak Mentah AS ke Minyak Kanada

Oleh: Sentiment.co.id
18 April 2025

Ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China kembali memanas, kali ini dengan langkah strategis China yang mengurangi ketergantungan pada minyak mentah AS dan beralih ke Kanada. Seiring eskalasi perang dagang, Beijing telah memangkas impor minyak dari AS hingga 90% dan meningkatkan pembelian minyak mentah dari Kanada ke level tertinggi dalam sejarah. Langkah ini tidak hanya mencerminkan dinamika ekonomi global, tetapi juga memperlihatkan pergeseran geopolitik yang signifikan.

Latar Belakang Perang Dagang

Perang dagang AS-China yang dimulai sejak era kepresidenan Donald Trump pada 2018 kembali memuncak pada 2025. Kebijakan tarif impor yang diberlakukan AS terhadap barang-barang China memicu respons balasan dari Beijing. Alih-alih hanya mengandalkan kenaikan tarif, China memilih strategi alternatif, salah satunya dengan mengalihkan sumber impor minyak mentah. Langkah ini bertujuan untuk mengurangi dampak ekonomi dari ketergantungan pada AS sekaligus memperkuat hubungan dagang dengan mitra lain seperti Kanada.

10 Ide Bisnis Rumahan: Omzet Besar Modal Kecil

Menurut laporan Bloomberg pada 16 April 2025, impor minyak mentah China dari pelabuhan dekat Vancouver, Kanada, mencapai rekor 7,3 juta barel pada Maret 2025, dengan proyeksi kenaikan lebih lanjut pada bulan berikutnya. Sementara itu, impor minyak AS oleh China merosot drastis dari puncaknya 29 juta barel pada Juni 2024 menjadi hanya 3 juta barel per bulan saat ini.

Mengapa Kanada?

Pilihan China untuk beralih ke minyak Kanada bukanlah kebetulan. Kanada, sebagai salah satu produsen minyak terbesar di dunia, memiliki cadangan minyak pasir (oil sands) yang melimpah, terutama di wilayah Alberta. Meskipun secara historis impor minyak Kanada ke China sangat terbatas karena kendala infrastruktur, peningkatan investasi dalam logistik dan pelabuhan di pantai Pasifik Kanada telah memungkinkan ekspor minyak dalam volume besar.

Selain itu, minyak Kanada, khususnya bitumen dari pasir minyak Athabasca, memiliki karakteristik yang cocok untuk kilang-kilang China yang sebelumnya mengolah minyak dari Timur Tengah dan Rusia. Dengan harga yang kompetitif dan pasokan yang stabil, Kanada menjadi alternatif yang menarik dibandingkan minyak AS, yang kini terbebani oleh ketidakpastian tarif dan sanksi perdagangan.

Dampak Ekonomi dan Geopolitik

Benarkah Alien Ada? Mayoritas Ilmuwan Yakin!

Langkah China ini memiliki dampak signifikan baik secara ekonomi maupun geopolitik. Bagi AS, penurunan ekspor minyak ke China, yang menyumbang 1,7% dari total impor minyak mentah China pada 2024, berpotensi melemahkan industri minyak domestik, terutama di tengah kelebihan pasokan global. Harga minyak mentah dunia, seperti West Texas Intermediate (WTI) dan Brent, juga terus tertekan akibat ketidakpastian perang dagang, dengan WTI turun 2,11% ke US$71 per barel dan Brent melemah 2,74% ke US$74,66 per barel dalam sepekan pada Februari 2025.

Di sisi lain, Kanada mendapat keuntungan ekonomi dari lonjakan ekspor minyak ke China. Namun, hubungan dagang yang erat dengan China juga menempatkan Kanada dalam posisi sensitif, mengingat ketegangan perdagangan AS dengan Kanada dan Meksiko. Presiden Trump telah memberlakukan tarif 10% untuk produk energi Kanada, meskipun lebih rendah dibandingkan tarif untuk sektor lain, sebagai bagian dari kebijakan proteksionisme ekonominya.

Bagi China, beralih ke minyak Kanada adalah bagian dari strategi diversifikasi pasokan energi untuk mengamankan kebutuhan domestiknya, yang mencapai 6 miliar dolar AS pada 2024. Langkah ini juga memperkuat posisi China dalam negosiasi dagang dengan AS, menunjukkan bahwa Beijing memiliki alternatif yang kuat untuk mengurangi ketergantungan pada pasar AS.

Tantangan dan Prospek ke Depan

Meskipun langkah ini menguntungkan dalam jangka pendek, China menghadapi sejumlah tantangan. Infrastruktur pengangkutan minyak dari Kanada masih memerlukan investasi besar untuk mendukung ekspor jangka panjang. Selain itu, ketergantungan pada minyak pasir Kanada, yang membutuhkan proses pengolahan intensif, dapat menimbulkan masalah lingkungan dan meningkatkan biaya produksi di kilang-kilang China.

Dirgahayu Republik Indonesia ke-80: Merayakan 80 Tahun Kemerdekaan

Sementara itu, AS kemungkinan akan merespons dengan kebijakan baru, seperti sanksi tambahan atau tekanan diplomatik terhadap Kanada untuk membatasi ekspor minyak ke China. Ketegangan ini juga dapat memengaruhi harga minyak global, yang diprediksi akan tetap volatil akibat kombinasi faktor geopolitik, kelebihan pasokan, dan melemahnya permintaan global akibat perlambatan ekonomi.

Kesimpulan

Perang dagang AS-China telah mendorong Beijing untuk mengambil langkah strategis dengan mengganti minyak mentah AS dengan pasokan dari Kanada. Keputusan ini tidak hanya mengubah dinamika perdagangan energi global, tetapi juga memperlihatkan bagaimana negara-negara besar memanfaatkan sumber daya untuk memperkuat posisi mereka dalam konflik ekonomi. Di tengah ketidakpastian ini, pasar minyak dunia terus bergoyang, sementara Kanada muncul sebagai pemain kunci dalam peta energi global. Bagi Indonesia, sebagai importir minyak, fluktuasi harga akibat perang dagang ini perlu diwaspadai untuk menjaga stabilitas ekonomi domestik.

Sentiment.co.id
18 April 2025

Berita Terbaru