Internasional

Perang Rusia-Ukraina: Eskalasi Konflik dan Implikasi Global

Perang Rusia-Ukraina: Eskalasi Konflik dan Implikasi Global

Perang Rusia-Ukraina memasuki tahun keempat pada 2025, dengan eskalasi militer dan dampak global pada energi, pangan, dan geopolitik. Negosiasi perdamaian tetap sulit.

Perang Rusia-Ukraina Masuki Tahun Keempat

Perang Rusia-Ukraina yang dimulai pada 24 Februari 2022, terus berlanjut pada 2025, menjadi konflik terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II. Berawal dari aneksasi Krimea 2014 dan perang di Donbas, invasi skala penuh Rusia telah menyebabkan kerugian besar. Kementerian Pertahanan Ukraina melaporkan lebih dari 800.000 pasukan Rusia tewas atau terluka hingga Februari 2025, dengan kerusakan peralatan militer terbesar sejak 1945. Konflik ini mengguncang stabilitas internasional, memengaruhi harga energi dan dinamika geopolitik.

Invasi Rusia dan Ambisi Geopolitik

Invasi Rusia dipicu oleh keinginan Presiden Vladimir Putin untuk mencegah Ukraina bergabung dengan NATO dan mengklaim wilayah seperti Donbas dan Krimea sebagai bagian dari “satu bangsa” Rusia. Pada 2025, Rusia menguasai 20% wilayah Ukraina, termasuk Donetsk, Luhansk, dan Zaporizhzhia, yang kaya akan lithium dan gas alam senilai $12,4 triliun. Narasi “perang suci” melalui Gereja Ortodoks Rusia digunakan untuk membenarkan invasi, memperkuat posisi Putin di dalam negeri.

Ketahanan Ukraina Hadapi Krisis

Ketahanan Ukraina terlihat dari strategi militer canggih, seperti Operasi Spider’s Web pada Juni 2025, yang menghancurkan 41 pesawat Rusia dengan drone selundupan. Namun, Ukraina menghadapi krisis energi, kekurangan personel, dan penurunan dukungan domestik terhadap Presiden Volodymyr Zelenskyy menjelang pemilu 2025. Laporan Kyiv Independent mencatat 100.000 kasus desersi hingga November 2024, menunjukkan kelelahan perang. Dukungan Eropa tetap menjadi penopang utama ketahanan ini.

Dukungan Internasional dan Ketegangan

Dukungan Internasional untuk Ukraina bervariasi. Uni Eropa menerapkan 16 paket sanksi terhadap Rusia, termasuk larangan impor aluminium dan penghentian media Rusia. Polandia dan Prancis memperkuat bantuan militer, dengan Prancis meningkatkan anggaran pertahanan. Namun, kebijakan AS di bawah Presiden Donald Trump, yang menunda bantuan militer pada Maret 2025, menciptakan ketidakpastian. Trump menyebut Zelenskyy “diktator tanpa pemilu,” memicu ketegangan diplomatik global.

Viral Kekerasan Kucing, Lirabica Lapor Polisi

Dampak Ekonomi Global

Dampak Ekonomi Global dari perang ini sangat signifikan. Sanksi Barat menyebabkan kerugian ekonomi Rusia sebesar $1,3 triliun hingga 2025, dengan anggaran pertahanan mencapai 40% belanja negara. Inflasi Rusia diperkirakan jauh di atas 8% resmi. Ukraina, dengan pertumbuhan 4,3% pada 2025, menghadapi krisis infrastruktur energi. Lonjakan harga pangan dan energi global akibat gangguan pasokan dari kedua negara memengaruhi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Serangan Drone dan Inovasi Militer

Serangan Drone mendominasi perang di 2025. Rusia menggunakan drone Geran-2 dan Shahed-136 buatan Iran, dengan serangan terbesar melibatkan 367 drone ke Kyiv pada Juli 2025. Ukraina membalas dengan drone canggih, menyerang pangkalan Rusia di Kursk. Penggunaan rudal hipersonik dan bom luncur UMPB-5 oleh Rusia menjadikan konflik ini laboratorium senjata, memengaruhi tren militer global dan keamanan internasional.

Krisis Kemanusiaan di Ukraina

Krisis Kemanusiaan mencapai titik kritis. PBB melaporkan populasi Ukraina menyusut 25% sejak 2022, dengan 8,2 juta pengungsi dan 8 juta penduduk terlantar. Serangan Rusia ke infrastruktur sipil, seperti rumah sakit di Sumy pada Maret 2025, menyebabkan ribuan korban sipil. Penculikan anak-anak oleh Rusia memicu intervensi AS untuk mendanai pencarian, memperburuk krisis kemanusiaan yang memengaruhi stabilitas regional.

Negosiasi Perdamaian yang Stagnan

Negosiasi Perdamaian tetap sulit. Rusia menolak gencatan senjata penuh pada Maret 2025, hanya menyetujui jeda serangan ke infrastruktur energi. Zelenskyy bersedia mundur jika Ukraina masuk NATO, tetapi Putin menuntut Ukraina tetap di bawah pengaruh Rusia. Negosiasi di Arab Saudi pada Februari 2025 gagal, dan dorongan AS untuk gencatan senjata 30 hari terhambat oleh ketidakpercayaan antara Kyiv dan Moskow.

Peran Sekutu Rusia

Peran Sekutu Rusia, seperti Korea Utara dan Iran, memperumit konflik. Pada November 2024, 10.000 tentara Korea Utara bergabung di Kursk, membantu Rusia merebut wilayah. Iran menyediakan drone dan rudal, sementara hubungan ekonomi Rusia-China mengatasi dampak sanksi. Aliansi ini memperkuat Rusia, tetapi memicu kecaman global atas pelanggaran hak asasi manusia dan eskalasi konflik.

Susunan Upacara Hari Pramuka 2025: Panduan Lengkap untuk Peringatan 14 Agustus

Masa Depan Konflik Rusia-Ukraina

Masa Depan Konflik bergantung pada dinamika militer dan diplomatik. Rusia fokus merebut Pokrovsk, tetapi tekanan ekonomi dan kelelahan perang melemahkan posisinya. Ukraina membutuhkan dukungan Barat yang konsisten untuk bertahan. Tanpa gencatan senjata, risiko eskalasi global meningkat, terutama jika NATO terlibat langsung, dengan dampak signifikan pada keamanan dan ekonomi dunia.

10 Aplikasi Penghasil Uang Terbaik di 2025: Cara Mudah Mendapatkan Penghasilan Tambahan

Kesimpulan

Perang Rusia-Ukraina di 2025 memperlihatkan kompleksitas konflik modern, dengan Invasi Rusia memicu Krisis Kemanusiaan dan Dampak Ekonomi Global. Ketahanan Ukraina bertentangan dengan Peran Sekutu Rusia, sementara Serangan Drone dan Negosiasi Perdamaian mencerminkan tantangan militer dan diplomatik. Dukungan Internasional fluktuatif, dan Masa Depan Konflik bergantung pada diplomasi serta ketahanan kedua pihak. Konflik ini terus membentuk dinamika geopolitik dan keamanan internasional.

Reaksi Sentiment Public

Loading spinner
error: Dilarang Copy ya Disini 👊