Politik Luar Negeri Iran dan Israel: Ketegangan dan Dinamika Terkini

Politik Luar Negeri Iran dan Israel: Ketegangan dan Dinamika Terkini

Hubungan antara Iran dan Israel merupakan salah satu dinamika paling kompleks dan tegang di panggung politik luar negeri Timur Tengah. Keduanya memiliki kepentingan strategis, ideologi, dan posisi geopolitik yang saling bertentangan, yang sering kali memicu eskalasi konflik. Berikut adalah analisis tentang politik luar negeri Iran dan Israel, dengan fokus pada perkembangan terkini hingga Juni 2025.

Latar Belakang Konflik

Konflik Iran-Israel berakar pada perbedaan ideologi dan kepentingan strategis:

  • Iran: Sejak Revolusi Islam 1979, Iran memposisikan diri sebagai penentang utama Israel, yang dianggap sebagai “musuh Zionis.” Iran mendukung kelompok-kelompok seperti Hezbollah di Lebanon dan Hamas di Palestina sebagai bagian dari “poros perlawanan” untuk melemahkan pengaruh Israel. Program nuklir Iran juga menjadi isu utama, karena dianggap ancaman eksistensial oleh Israel.
  • Israel: Israel memandang Iran sebagai ancaman utama karena program nuklirnya, dukungan terhadap kelompok militan, dan retorika anti-Israel dari pemimpin Iran. Israel sering melancarkan serangan militer untuk menghambat ambisi nuklir Iran dan melemahkan infrastruktur militernya.

Perkembangan Terkini

Berdasarkan informasi terbaru hingga Juni 2025, hubungan Iran-Israel berada pada titik kritis:

  1. Eskalasi Militer: Konflik memuncak pada Juni 2025 setelah Israel melancarkan serangan udara besar-besaran ke Iran pada 13 Juni, menargetkan fasilitas nuklir, ilmuwan nuklir, dan petinggi Garda Revolusi Iran. Iran membalas dengan operasi “True Promise III,” meluncurkan rudal balistik ke pusat-pusat populasi Israel, memaksa jutaan warga Israel berlindung.
  2. Gencatan Senjata: Pada minggu ketiga Juni 2025, Iran dan Israel dilaporkan menyepakati gencatan senjata, meskipun kedua belah pihak saling klaim kemenangan. Namun, gencatan senjata ini rapuh, dengan Israel mengancam akan melanjutkan serangan jika Iran melanggar kesepakatan. Para ahli menilai bahwa perjanjian ini bukan perdamaian, melainkan jeda sementara, karena ketegangan mendasar belum terselesaikan.
  3. Keterlibatan Pihak Ketiga: Amerika Serikat memainkan peran besar dalam konflik ini, dengan Israel mendapat dukungan militer dan diplomatik dari AS. Namun, keterlibatan AS juga memicu kekhawatiran akan “malapetaka kawasan,” seperti yang diungkapkan oleh Wakil Menteri Luar Negeri Iran. Sementara itu, Indonesia bersama 22 negara lain mengecam serangan Israel ke Iran, menunjukkan posisi diplomatik yang menyerukan de-eskalasi.
  4. Dampak Global: Konflik ini memengaruhi harga minyak dunia, karena ketegangan di Timur Tengah mengganggu rantai pasok energi. Selain itu, eskalasi ini juga meningkatkan risiko polarisasi global, dengan negara-negara seperti Rusia dan Tiongkok cenderung mendukung Iran secara tidak langsung.

Strategi Politik Luar Negeri

  • Iran: Iran menggunakan politik luar negeri untuk memperkuat posisinya sebagai pemimpin “perlawanan” terhadap Israel dan Barat. Dukungan terhadap kelompok proksi seperti Hezbollah dan Houthi, serta pengembangan rudal balistik, adalah bagian dari strategi untuk menekan Israel. Namun, embargo ekonomi dan tekanan internal membuat Iran berada dalam posisi rentan.
  • Israel: Israel menerapkan pendekatan proaktif dengan serangan militer preventif, terutama terhadap fasilitas nuklir Iran, untuk menetralisir ancaman. Israel juga memanfaatkan aliansi dengan AS untuk memperkuat posisinya, sambil menegaskan bahwa tindakannya bukan melawan rakyat Iran, melainkan rezimnya.

Tantangan dan Prospek

  1. Program Nuklir Iran: Program nuklir tetap menjadi inti konflik. Israel menegaskan bahwa mereka tidak akan membiarkan Iran memiliki senjata nuklir, sementara Iran bersikeras bahwa programnya untuk tujuan damai.
  2. Stabilitas Kawasan: Konflik ini mengancam stabilitas Timur Tengah, dengan potensi melibatkan negara lain seperti Lebanon, Suriah, atau Qatar.
  3. Diplomasi Global: Upaya mediasi internasional, termasuk oleh PBB atau negara netral, diperlukan untuk mencegah eskalasi lebih lanjut. Namun, polarisasi global menyulitkan konsensus.

Posisi Indonesia

Indonesia, sebagai negara yang menjunjung politik luar negeri bebas dan aktif, mengambil sikap mengecam serangan Israel ke Iran dan menyerukan de-eskalasi. Indonesia juga fokus pada evakuasi WNI di wilayah konflik dan mempromosikan dialog damai melalui forum multilateral seperti ASEAN atau OKI.

Benarkah Alien Ada? Mayoritas Ilmuwan Yakin!

Kesimpulan

Politik luar negeri Iran dan Israel diwarnai oleh ketegangan militer, perbedaan ideologi, dan persaingan strategis. Gencatan senjata terkini memberikan harapan untuk meredakan konflik, tetapi tanpa penyelesaian akar masalah—terutama soal program nuklir dan dukungan terhadap kelompok militan—stabilitas jangka panjang sulit tercapai. Diplomasi global dan keterlibatan aktor netral seperti Indonesia dapat memainkan peran penting dalam mencegah perang yang lebih luas.

sentiment: