Polri Waspadai Tren Warga Scan Retina Mata di Worldcoin: Iming-Iming Uang atau Ancaman Privasi?


Artikel Lengkap: Polri Waspadai Tren Warga Scan Retina Mata di Worldcoin

Jakarta, 7 Mei 2025 – Fenomena warga yang berbondong-bondong memindai retina mata melalui aplikasi Worldcoin atau World ID di berbagai kota, seperti Jakarta, Depok, dan Bekasi, telah menarik perhatian Kepolisian Republik Indonesia (Polri). Dengan iming-iming imbalan uang tunai mulai dari Rp250.000 hingga Rp800.000, banyak warga tergiur untuk mendaftar di aplikasi World App dan memindai iris mata mereka menggunakan perangkat berbentuk bola bernama “Orb”. Namun, di balik janji keuntungan instan ini, muncul kekhawatiran serius terkait privasi data biometrik dan potensi penyalahgunaan teknologi.

Apa Itu Worldcoin dan World ID?

Worldcoin adalah proyek kripto global yang digagas oleh Tools for Humanity, sebuah perusahaan teknologi berbasis di San Francisco, Amerika Serikat, yang salah satu pendirinya adalah Sam Altman, tokoh di balik OpenAI. Proyek ini bertujuan menciptakan sistem identitas digital bernama World ID, yang diklaim dapat membedakan manusia dari kecerdasan buatan melalui pemindaian iris mata. Pengguna yang berhasil memindai retina mereka akan menerima token Worldcoin (WLD), yang dapat dikonversi menjadi uang tunai atau disimpan di dompet digital.

Di Indonesia, aktivitas ini sempat viral di media sosial, terutama setelah unggahan akun X @txtxdrbekasi pada 2 Mei 2025, yang memperlihatkan antrean panjang warga di ruko-ruko bertanda World ID. Berdasarkan laporan, ada 29 lokasi pemindaian retina di seluruh Indonesia, dengan Bekasi menjadi salah satu yang paling ramai.

Respons Polri dan Pemerintah

Polri, melalui Karopenmas Divhumas Polri Brigjen Trunoyudo Wisnu Andiko, menyatakan bahwa pihaknya sedang memantau fenomena ini sebagai bagian dari upaya menjaga stabilitas dan keamanan masyarakat. Polri juga berencana mengambil langkah penegakan hukum jika ditemukan indikasi tindak pidana, terutama terkait potensi kejahatan siber seperti pencurian data biometrik. “Setiap perkembangan kejahatan dalam hal teknologi menjadi perhatian sosial. Polri akan berkoordinasi dengan pihak terkait untuk melindungi masyarakat,” ujar Trunoyudo pada 6 Mei 2025.

Sementara itu, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) telah membekukan sementara Tanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik (TDPSE) layanan Worldcoin dan WorldID menyusul laporan masyarakat tentang aktivitas mencurigakan. Menteri Komdigi Meutya Hafid juga berencana memanggil pengelola Worldcoin, termasuk PT Terang Bulan Abadi dan PT Sandina Abadi Nusantara, untuk memberikan klarifikasi terkait dugaan pelanggaran ketentuan penyelenggaraan sistem elektronik.

Mpok Alpa Meninggal Dunia: Duka Usai 3 Tahun Melawan Kanker

Wali Kota Bekasi Tri Adhianto turut mengimbau warga untuk berhati-hati. “Warga tertarik karena dijanjikan uang, padahal mereka tidak tahu data matanya akan digunakan untuk apa. Ini sangat berisiko,” katanya.

Kontroversi dan Risiko Privasi

Worldcoin bukan tanpa kontroversi. Sejumlah negara, seperti Kenya, Spanyol, Prancis, Jerman, dan Hong Kong, telah melarang atau menangguhkan operasi Worldcoin karena kekhawatiran terhadap privasi data. Di Kenya, pengadilan bahkan memerintahkan Worldcoin menghapus data iris warga yang dikumpulkan tanpa izin sah. Investigasi di Hong Kong mengungkapkan kurangnya transparansi Worldcoin dalam menjelaskan tujuan pengumpulan data dan rencana penyimpanan data biometrik hingga 10 tahun.

Data biometrik, seperti pemindaian retina, bersifat sangat sensitif. Jika bocor, data ini tidak dapat diubah seperti kata sandi, sehingga berpotensi disalahgunakan untuk penipuan identitas atau kejahatan siber lainnya. Investigasi MIT Technology Review pada 2022 juga menuding Worldcoin mengeksploitasi kelompok rentan dengan imbalan uang tunai, tanpa memberikan informasi yang jelas tentang risiko.

Di Indonesia, kekhawatiran serupa muncul. Banyak warga, seperti Ana dari Depok, mengaku tidak memahami tujuan pemindaian retina, tetapi tergiur imbalan hingga Rp800.000. Ada pula keluhan bahwa imbalan yang dijanjikan tidak cair, memicu warga Bekpretama menggeruduk kantor WorldID.

Teknologi di Balik Worldcoin

Worldcoin menggunakan perangkat “Orb” untuk memindai iris mata, yang menghasilkan kode enkripsi unik tanpa menyimpan data pribadi seperti nama atau email, menurut klaim perusahaan. Teknologi ini menggabungkan blockchain berbasis protokol Worldcoin dan Ethereum untuk mengelola identitas digital dan transaksi kripto. Namun, ahli siber mempertanyakan keamanan sistem ini, terutama karena data biometrik bersifat permanen dan rentan diretas.

Duka Mpok Alpa: Perjuangan 3 Tahun Melawan Kanker Payudara

Apa Kata Masyarakat?

Fenomena ini memicu beragam reaksi di kalangan masyarakat. Sebagian melihatnya sebagai peluang mendapatkan uang dengan mudah, sementara yang lain khawatir akan risiko privasi. Di media sosial, terutama platform X, warganet ramai membahas bahaya penyalahgunaan data biometrik, dengan beberapa akun seperti @CoinKami menyebut penolakan Komdigi sebagai langkah tepat untuk melindungi warga.

Kesimpulan

Fenomena Worldcoin di Indonesia mencerminkan dilema antara daya tarik imbalan finansial dan ancaman privasi data. Langkah Polri untuk memantau dan berkoordinasi dengan Komdigi menunjukkan keseriusan pemerintah dalam menghadapi potensi risiko teknologi baru. Bagi masyarakat, ini menjadi pengingat untuk tidak sembarang menyerahkan data pribadi, terutama data biometrik, demi keuntungan jangka pendek. Sebelum ikut tren, pastikan Anda memahami risikonya—karena data Anda jauh lebih berharga daripada sekadar Rp800.000.


Tabel Sentimen

SumberSentimenPenjelasan
PolriNegatifMemantau fenomena sebagai potensi kejahatan siber, menekankan perlindungan masyarakat.
Kementerian KomdigiNegatifMembekukan izin Worldcoin karena laporan aktivitas mencurigakan.
Wali Kota BekasiNegatifMengimbau warga waspada terhadap risiko pengumpulan data biometrik.
Warga (Ana, Meri, dll.)CampuranTergiur imbalan uang, tetapi sebagian kecewa karena imbalan tidak cair.
Media Sosial (Akun X)NegatifMayoritas warganet khawatir akan privasi data dan mendukung pembekuan.
Worldcoin/Tools for HumanityPositifMengklaim teknologi aman dan tidak menyimpan data pribadi.

Penulis Sentimen

Penulis: Artikel ini mengambil sikap kritis terhadap fenomena Worldcoin, dengan sentimen cenderung negatif terhadap praktik pemindaian retina mata. Meskipun imbalan finansial menarik bagi sebagian warga, risiko privasi data biometrik jauh lebih besar, terutama mengingat kurangnya transparansi Worldcoin dan sejarah kontroversinya di berbagai negara. Penulis mendukung langkah Polri dan Komdigi untuk melindungi masyarakat, sembari mengingatkan pentingnya literasi digital agar warga tidak mudah tergiur iming-iming uang.


Tanggal: 7 Mei 2025

Viral 2025: Pemuda Muarojambi Ditindak Polisi Gegara Bendera One Piece
sentiment: