Sentiment.co.id – Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam—dari tambang emas, batu bara, minyak, hingga hasil bumi yang melimpah. Namun, kenyataan pahit masih terlihat jelas: banyak rakyat yang hidup dalam kemiskinan, kesenjangan sosial melebar, dan kesejahteraan belum merata. Pertanyaannya, ke mana sebenarnya aliran uang negara?
Paradoks Negara Kaya, Rakyat Miskin
Fenomena ini bukan hanya ada di Indonesia, tetapi juga di berbagai negara berkembang yang kaya sumber daya. Kekayaan alam yang seharusnya menjadi modal pembangunan sering kali tidak berbanding lurus dengan peningkatan kualitas hidup rakyatnya.
Menurut para ekonom, ada tiga faktor utama yang memengaruhi fenomena ini:
- Korupsi dan Salah Kelola – Kebocoran anggaran dan penyalahgunaan wewenang membuat dana publik tidak sampai ke masyarakat.
- Kesenjangan Distribusi – Sebagian besar kekayaan terkonsentrasi pada kelompok kecil, sementara mayoritas rakyat tidak ikut merasakan manfaatnya.
- Ketergantungan Ekspor Bahan Mentah – Alih-alih mengolah sumber daya menjadi produk bernilai tinggi, negara lebih banyak mengekspor mentah sehingga nilai tambah hilang.
Transparansi Anggaran dan Peran Rakyat
Pertanyaan “uang negara ke mana?” hanya bisa dijawab dengan keterbukaan anggaran yang bisa diakses publik. Audit, pengawasan, dan partisipasi masyarakat menjadi kunci agar uang negara benar-benar kembali untuk rakyat.
Masyarakat perlu lebih kritis dalam mengawal kebijakan pemerintah. Setiap program pembangunan harus dipertanyakan: apakah benar menyentuh kebutuhan dasar rakyat? Apakah dana yang digunakan tepat sasaran?
Jalan Menuju Kesejahteraan
Agar paradoks ini bisa diakhiri, setidaknya ada beberapa langkah strategis:
- Memperkuat pemberantasan korupsi tanpa pandang bulu.
- Mengurangi ketimpangan dengan program yang menyasar masyarakat miskin.
- Meningkatkan nilai tambah SDA dengan industrialisasi.
- Memperluas akses pendidikan dan kesehatan sebagai pondasi keluar dari kemiskinan.
Dengan pengelolaan yang baik, seharusnya kekayaan negara bisa benar-benar dirasakan oleh rakyat, bukan hanya segelintir orang.
Penulis: Saraswati
Tanggal terbit: kamis, 4 September 2025
Komentar