Oleh: Sentiment.co.id
Jakarta, 12 April 2025 – Media sosial diramaikan oleh perbincangan warganet setelah muncul kabar bahwa struk transfer Bank Central Asia (BCA) dapat diedit menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI). Fenomena ini memicu kekhawatiran luas terkait potensi penipuan digital yang semakin sulit dideteksi.
Berawal dari unggahan di platform X, seorang pengguna membagikan tangkapan layar struk transfer BCA yang tampak asli, namun ternyata telah dimanipulasi dengan AI. Struk tersebut menunjukkan nominal dan nama penerima yang diubah, meskipun format, logo, dan elemen visual lainnya identik dengan struk resmi BCA. Unggahan tersebut langsung viral, memicu reaksi beragam dari warganet, mulai dari kagum akan kecanggihan teknologi hingga kekhawatiran terhadap risiko keamanan transaksi digital.
“Kalau struk transfer aja bisa dipalsuin pake AI, terus kita percaya apa lagi? Bahaya banget ini buat transaksi online,” tulis salah satu warganet di X, mencerminkan keresahan publik. Pengguna lain bahkan membagikan pengalaman hampir tertipu oleh struk palsu saat bertransaksi di marketplace, memperkuat urgensi masalah ini.
Modus Penipuan Digital yang Makin Canggih
Menurut pakar keamanan siber, Dr. Andi Pratama, kemampuan AI untuk menghasilkan dokumen palsu seperti struk transfer bukanlah hal baru, tetapi semakin mudah diakses oleh masyarakat umum. “Teknologi AI generatif, seperti yang digunakan untuk mengedit gambar atau teks, kini tersedia secara luas. Tanpa keahlian teknis mendalam, siapa pun bisa membuat dokumen palsu yang sangat meyakinkan,” ujarnya kepada Sentiment.co.id.
Modus penipuan yang memanfaatkan struk palsu biasanya terjadi dalam transaksi jual beli online. Penipu mengirimkan struk transfer fiktif kepada penjual sebagai bukti pembayaran, padahal dana tidak pernah masuk. Korban, yang tidak curiga karena struk tampak asli, sering kali baru menyadari penipuan setelah barang dikirim atau layanan diberikan.
BCA sendiri telah merespons isu ini melalui pernyataan resmi di situs web mereka. Pihak bank menegaskan bahwa struk transfer resmi hanya dapat diverifikasi melalui sistem perbankan mereka. “Kami mengimbau nasabah untuk selalu memeriksa mutasi rekening secara langsung melalui m-BCA, internet banking, atau ATM sebelum mengonfirmasi transaksi,” tulis BCA. Bank juga berjanji akan meningkatkan edukasi kepada nasabah guna mencegah penipuan serupa.
Langkah Antisipasi untuk Publik
Kekhawatiran warganet ini menjadi pengingat bahwa kemajuan teknologi, meskipun membawa kemudahan, juga membuka celah baru bagi pelaku kejahatan. Untuk melindungi diri dari penipuan digital, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan:
- Verifikasi Mutasi Rekening: Selalu cek mutasi rekening secara langsung melalui kanal resmi bank sebelum memproses transaksi. Jangan hanya mengandalkan struk yang dikirimkan.
- Waspadai Transaksi Mencurigakan: Jika nominal, waktu, atau detail transaksi pada struk tampak tidak wajar, segera konfirmasi dengan pihak bank.
- Gunakan Platform Terpercaya: Untuk transaksi online, prioritaskan platform dengan sistem escrow atau rekening bersama yang memastikan keamanan pembayaran.
- Laporkan Penipuan: Jika menemukan indikasi penipuan, segera laporkan ke bank dan pihak berwenang, seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK) atau kepolisian.
Tantangan ke Depan
Kejadian ini menyoroti tantangan besar dalam menjaga kepercayaan publik terhadap transaksi digital di tengah pesatnya perkembangan teknologi. Pemerintah, perbankan, dan penyedia layanan teknologi perlu berkolaborasi untuk menciptakan sistem keamanan yang lebih tangguh, termasuk teknologi pendeteksi dokumen palsu berbasis AI.
Sementara itu, warganet terus mengingatkan satu sama lain untuk lebih berhati-hati. “Jaman sekarang, percaya sama apa pun harus double check. AI ini temen sekaligus musuh,” cuit seorang pengguna di X, merangkum dilema era digital saat ini.
Dengan meningkatnya kesadaran dan langkah antisipasi yang tepat, diharapkan masyarakat dapat memanfaatkan teknologi dengan lebih aman tanpa harus terjebak dalam jerat penipuan digital.
Sentiment.co.id