“Utang Nyawa di Tengah Kobaran Timor: Kisah Hercules dan Prabowo yang Terukir dalam Darah dan Loyalitas”

“Utang Nyawa di Tengah Kobaran Timor: Kisah Hercules dan Prabowo yang Terukir dalam Darah dan Loyalitas”

Penulis: Sentimen Sejarah
Tanggal: 6 Mei 2025

Di tengah gejolak konflik Timor Timur pada pertengahan 1970-an, sebuah kisah heroik dan penuh makna terukir antara dua sosok yang kelak menjadi legenda di jalur masing-masing: Rozario de Marshall, yang lebih dikenal sebagai Hercules, dan Prabowo Subianto, saat itu seorang kapten muda di Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Kisah ini bukan sekadar cerita tentang perang, tetapi tentang ikatan emosional yang lahir dari pengorbanan, nyawa yang terselamatkan, dan loyalitas yang tak pernah pudar.

Awal Mula: Hercules, Anak Timor dalam Pusaran Perang

Hercules, lahir di Timor Portugis sekitar 1960-an, tumbuh di tengah kekacauan invasi Indonesia ke Timor Timur yang dimulai pada Desember 1975 melalui Operasi Seroja. Sebagai anak yatim piatu yang kehilangan kedua orang tuanya akibat pengeboman di Ainaro pada 1978, Hercules muda tidak memiliki banyak pilihan hidup. Dunia yang ia kenal penuh dengan suara tembakan, asap mesiu, dan ketidakpastian. Dalam situasi ini, ia “diadopsi” oleh militer Indonesia sebagai Tenaga Bantuan Operasi (TBO), bertugas sebagai juru angkut logistik untuk Kopassus. Di sinilah ia pertama kali bersinggungan dengan Prabowo Subianto, seorang perwira muda yang memimpin dengan keberanian dan karisma.

Hercules, meski hanya seorang TBO, bukan sosok sembarangan. Ia dikenal memiliki nyali besar, bahkan di usia muda. Dalam tugasnya mengelola dan mengangkut logistik, termasuk menjaga gudang amunisi Kopassus, ia menunjukkan dedikasi yang membuatnya dihormati oleh para prajurit. Namun, nasib tragis menantinya dalam salah satu misi yang mengubah hidupnya selamanya.

10 Ide Bisnis Rumahan: Omzet Besar Modal Kecil

Tragedi di Udara: Kecelakaan yang Mengikat Nyawa

Suatu hari, saat menjalankan tugas mengirimkan logistik untuk pasukan di Timor Timur, helikopter yang dinaiki Hercules mengalami kecelakaan. Beberapa sumber menyebutkan insiden ini terjadi saat helikopter terlibat dalam pertempuran kecil dengan pasukan pro-kemerdekaan Falintil, menyebabkan kerusakan fatal hingga jatuh. Dalam kecelakaan itu, Hercules menderita luka parah: tangan kanannya hancur, dan beberapa laporan bahkan menyebutkan ia kehilangan mata kanannya akibat insiden tersebut.

Di tengah situasi kritis, Prabowo, yang saat itu menjabat sebagai Kapten Komandan Kopassus, bertindak cepat. Ia memastikan Hercules segera dievakuasi dari medan perang yang berbahaya ke Jakarta untuk mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto. Keputusan ini bukan hanya soal menyelamatkan nyawa seorang TBO, tetapi juga menunjukkan sisi kemanusiaan Prabowo di tengah kerasnya medan perang. Sayangnya, tangan kanan Hercules tidak dapat diselamatkan dan harus diamputasi. Perawatan yang panjang dan menyakitkan di RSPAD membuat Hercules, dengan karakternya yang keras dan sulit diatur, memilih kabur dari rumah sakit sebelum pulih sepenuhnya.

Hercules sendiri pernah mengungkapkan rasa hormat dan utang budinya kepada Prabowo. Dalam sebuah pernyataan, ia berkata, “Prabowo adalah satu-satunya orang yang bisa menyerang saya tanpa saya mengangkat tangan untuk membalasnya.” Kalimat ini mencerminkan rasa terima kasih yang mendalam, sekaligus loyalitas yang tak tergoyahkan kepada sosok yang menyelamatkan nyawanya di saat kematian begitu dekat.

Dari Medan Perang ke Dunia Kelam Tanah Abang

Setelah kabur dari RSPAD, Hercules tidak kembali ke kehidupan yang mudah. Ia terjerumus ke dunia kelam Tanah Abang, Jakarta, sebuah kawasan yang pada 1980-an dikenal sebagai sarang premanisme dan kekerasan. Dengan nyali besar dan pengalaman keras dari Timor, Hercules dengan cepat membangun kekuasaan di dunia bawah tanah. Bersama rekan-rekannya dari Timor Timur, ia mendirikan geng yang menguasai Tanah Abang, terlibat dalam bisnis pemerasan, hingga aksi politik untuk mendukung agenda militer Indonesia.

Namun, di balik reputasinya sebagai preman “tak bisa mati” yang selamat dari bacokan, tembakan, hingga luka parah, Hercules tidak pernah melupakan utang nyawanya kepada Prabowo. Ikatan emosional yang terjalin di Timor Timur menjadi fondasi kesetiaannya. Ketika Prabowo mendirikan Partai Gerindra pada 2008, Hercules kembali mendekat, mendirikan organisasi Gerakan Rakyat Indonesia Bersatu (GRIB) pada 2011 untuk mendukung agenda politik Prabowo, termasuk dalam Pemilihan Presiden 2014, 2019, dan 2024.

Benarkah Alien Ada? Mayoritas Ilmuwan Yakin!

Makna di Balik Utang Nyawa

Kisah Hercules dan Prabowo adalah cerminan dari ikatan yang lahir di tengah situasi ekstrem. Bagi Hercules, Prabowo bukan hanya komandan yang menyelamatkan nyawanya, tetapi juga simbol harapan di tengah kegelapan hidupnya sebagai yatim piatu dan pejuang muda. Bagi Prabowo, Hercules adalah bukti bahwa bahkan di medan perang yang penuh kekerasan, tindakan kemanusiaan dapat menciptakan loyalitas yang abadi.

Hercules, dengan segala kontroversinya sebagai mantan preman Tanah Abang, kini telah bertransformasi. Sejak 2006, ia mengaku telah bertobat, beralih ke dunia bisnis perkapalan, perikanan, hingga tambang timah di Bangka Belitung. Namun, satu hal tetap konstan: kesetiaannya kepada Prabowo, yang kini menjabat sebagai Presiden Indonesia. Kisah mereka adalah pengingat bahwa di balik gemuruh perang dan kekerasan, ada cerita tentang kemanusiaan, pengorbanan, dan ikatan yang tak lekang oleh waktu.

sentiment: