Mihu Mihu Dan Mahi Mahi menjadi fenomena viral di TikTok pada Juli–Agustus 2025, memicu perbincangan hangat di kalangan warganet Indonesia. Dua frasa ini, yang awalnya hanya lelucon, kini menjadi tren yang membagi pengguna TikTok menjadi dua kubu: Tim Mihu Mihu dan Tim Mahi Mahi. Artikel ini mengupas asal-usul, makna, dan dampak tren ini, berdasarkan informasi dari media sosial dan laporan terkini, sambil menjelaskan konteks budaya yang membuatnya begitu populer.
Asal-Usul Mihu Mihu dan Mahi Mahi
Awal Mula dari Podcast Keluarga Artis
Tren Mihu Mihu dan Mahi Mahi berawal dari candaan Niky Putra dan Mario Caesar, dua sepupu penyanyi Raisa, dalam konten Podcast Keluarga Artis yang diunggah di Instagram (@podcastkeluargaartis). Mereka membuat lelucon tentang “nada random” yang disebut sebagai tren masa depan di era Gen Alpha. Niky memperkenalkan frasa “Mihu Mihu” sebagai suara asal bunyi (asbun), tanpa makna spesifik, hanya untuk bercanda. Mario kemudian menciptakan “Mahi Mahi” sebagai tandingan, memicu persaingan lucu antara keduanya. Video ini menjadi viral di TikTok setelah suara Mihu Mihu dijadikan sound oleh warganet.
Perkembangan di TikTok
Tren ini meledak ketika warganet mulai menggunakan sound Mihu Mihu dan Mahi Mahi sebagai latar video kreatif, mulai dari tarian, parodi, hingga meme. Pengguna TikTok seperti @ghotanassia3 dan @junirecords mempercepat penyebaran tren ini dengan konten yang ditonton jutaan kali. Frasa ini sering muncul di kolom komentar, dengan warganet memilih “Tim Mihu Mihu” atau “Tim Mahi Mahi,” menciptakan suasana kompetisi ringan. Sejumlah artis, termasuk Raisa, ikut meramaikan tren. Raisa, saat ditanya kubu mana yang ia dukung, bercanda memilih “Tim Dabu Dabu” untuk tetap netral. Sementara itu, Mario berhasil mengajak grup komedi Agak Laen, termasuk Boris Bokir dan Oki Rengga, untuk bergabung dengan Tim Mahi Mahi, lengkap dengan gerakan tangan khas: “Mihu Mihu no, Mahi Mahi yes!”
Makna dan Signifikansi
Tanpa Makna Spesifik
Secara harfiah, “Mihu Mihu” dan “Mahi Mahi” tidak memiliki arti tertentu. Niky Putra menjelaskan dalam podcast bahwa frasa ini murni lelucon, diciptakan sebagai suara acak yang “catchy” dan mudah diingat. Namun, Mahi Mahi juga merujuk pada nama ikan laut (Coryphaena hippurus) dalam bahasa Inggris, yang dalam bahasa Hawaii berarti “sangat kuat.” Dalam konteks TikTok, istilah ini tidak berkaitan dengan ikan, melainkan hanya candaan yang memicu kreativitas warganet.
Fenomena Budaya Pop
Tren ini mencerminkan kekuatan TikTok sebagai platform yang mengubah lelucon sederhana menjadi fenomena budaya. Dengan algoritma For You Page (FYP), konten Mihu Mihu dan Mahi Mahi menyebar cepat, menciptakan dua kubu yang saling bersaing secara humoris. Unggahan di X seperti dari @munvess (“Herrgghh I hate Mahi Mahi! Mihu Mihu enak banget”) dan @tintedspring (“Grrr I Hate Mahi Mahi!”) menunjukkan antusiasme dan polarisasi ringan di antara warganet. Tren ini juga menarik perhatian karena melibatkan kolaborasi artis, memperkuat daya tariknya.
Dampak dan Popularitas
Interaksi Warganet
Tren Mihu Mihu dan Mahi Mahi menghasilkan lebih dari 100.000 unggahan di TikTok per 5 Agustus 2025, dengan video-video yang menggunakan sound ini mencapai jutaan penonton. Warganet tidak hanya mengikuti tren, tetapi juga menciptakan konten orisinal, seperti parodi gerakan tangan atau video komedi yang memperdebatkan kubu mana yang lebih unggul.
Pengaruh pada Kreativitas
Fenomena ini menunjukkan bagaimana TikTok mendorong kreativitas melalui sound viral. Seperti tren sebelumnya seperti “Ni Ai Wo Wo Ai Ni Mixue” atau “Mejikuhibiniu,” Mihu Mihu dan Mahi Mahi membuktikan bahwa konten sederhana bisa menjadi hiburan massal. Pengguna TikTok memanfaatkan frasa ini untuk mengekspresikan humor, solidaritas kubu, atau sekadar ikut tren.
Daftar Isi
Kesimpulan
“Mihu Mihu” dan “Mahi Mahi” adalah tren TikTok yang lahir dari candaan Niky Putra dan Mario Caesar di Podcast Keluarga Artis, tanpa makna spesifik, namun berhasil memicu gelombang kreativitas di kalangan warganet pada 2025. Dengan dukungan artis seperti Raisa dan Agak Laen, tren ini membagi pengguna menjadi Tim Mihu Mihu dan Tim Mahi Mahi, menciptakan kompetisi ringan yang menghibur. Fenomena ini menggarisbawahi kekuatan TikTok dalam mengubah lelucon sederhana menjadi budaya pop, sekaligus menunjukkan bagaimana media sosial memperkuat interaksi komunitas secara kreatif.