sentiment.co.id – Sebuah video pendek berdurasi 20 detik yang menampilkan Kepala Desa (Kades) Tempuran, Slamet, asyik berjoget bareng biduan di aula Kantor Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, menjadi viral di media sosial pada Jumat (26/9/2025). Rekaman ini diambil saat penutupan peringatan Hari Besar Nasional (PHBN) HUT Kemerdekaan RI ke-80 akhir Agustus 2025. Dalam video, Slamet mengenakan kemeja lengan panjang motif kotak-kotak, bergoyang luwes di samping biduan bergaun merah, dengan latar belakang kursi rapat kantor kecamatan yang seharusnya formal.
Video ini pertama kali diunggah oleh Kades Sooko, Heppy Iswahyudi, melalui akun TikTok @favianfavio dengan niat bercanda. Namun, setelah ditegur Camat Sooko, Masluchman, unggahan tersebut dihapus. Sayangnya, video sudah menyebar luas melalui repost akun-akun lain, memicu reaksi campur aduk netizen. Sebagian tertawa karena kelucuan aksi Slamet, sementara yang lain mengkritik ketidakpantasan menggunakan fasilitas pemerintahan untuk hiburan semacam itu.
Kronologi Aksi Joget yang Curi Perhatian
Acara penutupan PHBN dihadiri para kades wilayah Kecamatan Sooko dan perwakilan dinas terkait. Menurut Masluchman, hiburan elektone dengan biduan dan sound system adalah sumbangan dari Slamet, yang juga pengusaha sound system dan pimpinan orkes melayu. “Kami tidak punya anggaran khusus untuk hiburan, jadi sumbangan dari Pak Slamet sebagai ketua panitia,” jelas Masluchman saat ditemui wartawan pada Kamis (25/9/2025).
Slamet, yang dikenal aktif di kegiatan desa, tampak menikmati momen itu. Video menunjukkan ia bergoyang riang mengikuti irama dangdut, kontras dengan suasana formal aula kantor. Netizen yang melihatnya ramai berkomentar: “Lucu banget Kadesnya, panggung kantor jadi diskotik!” tulis satu akun. Namun, tak sedikit yang kecewa: “Pantas nggak sih? Kantor pemerintahan kok kayak pesta malam? Ini teladan buat warga apa?” ujar yang lain.
Respons Camat dan Pelajaran Etika ASN
Masluchman mengakui video menjadi viral karena elemen hiburan yang ringan, tapi ia menegaskan pentingnya menjaga etika. “Niatnya bercanda, tapi setelah ditegur, video dihapus. Kami ingatkan agar kegiatan resmi tidak menimbulkan kesalahpahaman,” katanya. Ia juga menekankan bahwa acara PHBN bertujuan merayakan kemerdekaan dengan cara yang positif, bukan hiburan yang berpotensi kontroversial.
Kasus ini mirip insiden viral lain di Jatim, seperti siswa SD Tulungagung yang joget-nyawer biduan di sekolah, yang berujung teguran Dinas Pendidikan. Di Mojokerto, kejadian ini menjadi pengingat bagi ASN untuk bijak menggunakan fasilitas publik. “Ruang kantor harus tetap mencerminkan wibawa pemerintahan, apalagi di era medsos di mana segala aksi terekam,” tambah Masluchman.
Dampak Viral di Era Medsos
Di era digital, video singkat seperti ini mudah menyebar, memengaruhi citra individu dan institusi. Netizen tak hanya menyoroti aksi Slamet, tapi juga mempertanyakan anggaran desa dan etika pejabat. Beberapa menduga hiburan itu pakai dana desa, meski Masluchman membantah. “Semua sumbangan sukarela, tidak ada alokasi anggaran,” tegasnya.
Slamet sendiri belum memberikan keterangan resmi. Namun, melalui perwakilan, ia disebut menyesal atas viralnya video dan berjanji lebih hati-hati. Kejadian ini juga memicu diskusi luas tentang budaya kerja ASN di pedesaan, di mana tradisi lokal sering bercampur dengan tugas resmi. Di satu sisi, aksi seperti ini bisa mempererat silaturahmi, tapi di sisi lain, berisiko merusak kepercayaan publik.
Secara keseluruhan, viralnya video Kades joget ini menjadi pelajaran berharga. Pemerintahan daerah diimbau lebih ketat dalam mengatur kegiatan, sementara masyarakat diajak bijak dalam menilai konten viral. Di Mojokerto, yang dikenal dengan potensi wisata dan pertaniannya, citra pejabat seperti Slamet harus dijaga agar tidak tercoreng isu sepele. Ke depan, diharapkan acara resmi lebih fokus pada substansi, bukan sensasi, untuk membangun kepercayaan warga.
Komentar