Viral: Pasien Wanita di Malang Mengaku Dilecehkan Dokter di Rumah Sakit Swasta.

Viral: Pasien Wanita di Malang Mengaku Dilecehkan Dokter di Rumah Sakit Swasta.

Penulis: Tim Sentimen.co.id | 17 April 2025

Kota Malang, Jawa Timur, digemparkan oleh kasus dugaan pelecehan seksual yang dialami seorang pasien wanita berinisial QAR di sebuah rumah sakit swasta ternama, Persada Hospital, pada September 2022. Kasus ini menjadi viral setelah QAR berani mengungkap pengalamannya melalui media sosial, memicu gelombang reaksi dari warganet dan menyoroti isu keamanan pasien di fasilitas kesehatan. Berikut adalah kronologi peristiwa, respons pihak terkait, dan dampak psikologis yang dialami korban berdasarkan informasi yang telah beredar.

Kronologi Kejadian

Menurut laporan, QAR, seorang wisatawan yang sedang berlibur di Malang, mendatangi Instalasi Gawat Darurat (IGD) Persada Hospital pada 26 September 2022 dini hari karena mengalami keluhan kesehatan berupa sinusitis dan vertigo berat. Ia ditangani oleh dokter IGD berinisial AY. Dalam proses pemeriksaan, dokter tersebut meminta nomor telepon QAR dengan alasan untuk mengirimkan hasil pemeriksaan kesehatan. Namun, QAR mulai merasa tidak nyaman ketika dokter tersebut kerap mengirim pesan yang tidak relevan dengan keperluan medis, meski pesan-pesan itu tidak ia respon.

Seblak Mama Nugi Viral: Warga Tangsel Antre, TV Meliput!

Kondisi QAR yang belum membaik mengharuskannya menjalani rawat inap di ruang VIP rumah sakit tersebut pada 27-28 September 2022. Dugaan pelecehan terjadi selama periode ini. QAR mengaku diminta dokter AY untuk membuka baju dengan dalih pemeriksaan jantung menggunakan stetoskop. Namun, stetoskop justru ditempatkan pada area payudara sebelah kanan, yang jelas tidak sesuai dengan prosedur medis standar. Lebih jauh, QAR mencurigai dokter tersebut merekam atau memotret bagian tubuhnya karena terlihat sibuk dengan ponsel selama pemeriksaan. Tindakan ini membuat QAR merasa sangat tidak nyaman dan tertekan.

Viral di Media Sosial

Kasus ini mencuat ke publik setelah QAR memutuskan untuk berbagi kisahnya di media sosial pada April 2025, hampir tiga tahun setelah kejadian. Unggahannya segera viral, memicu kemarahan warganet yang mengecam tindakan tidak profesional dokter tersebut. Banyak yang menyoroti pentingnya pengawasan ketat terhadap tenaga medis dan perlindungan pasien, terutama perempuan, di lingkungan rumah sakit. Akun media seperti

@jatimtimescom bahkan melakukan wawancara eksklusif dengan QAR, yang mengungkapkan trauma dan tekanan psikis yang masih ia rasakan hingga kini.

Respons Pihak Terkait

Benarkah Alien Ada? Mayoritas Ilmuwan Yakin!

Penasihat hukum QAR, Satria Marwan, mengonfirmasi bahwa kejadian tersebut terjadi di Persada Hospital, salah satu rumah sakit swasta terkemuka di Malang. Hingga saat ini, belum ada pernyataan resmi dari pihak rumah sakit terkait langkah yang diambil untuk menangani kasus ini, seperti investigasi internal atau sanksi terhadap dokter AY. Pihak kepolisian juga belum memberikan keterangan resmi mengenai laporan QAR, meskipun warganet mendesak agar kasus ini segera diproses secara hukum.

Sementara itu, kasus ini menambah daftar panjang dugaan pelecehan seksual oleh tenaga medis di Indonesia. Sebelumnya, kasus serupa juga terjadi di Bandung, di mana dokter residen PPDS Universitas Padjadjaran, Priguna Anugerah, diduga melakukan pemerkosaan terhadap keluarga pasien di Rumah Sakit Hasan Sadikin. Kasus-kasus ini menunjukkan adanya celah dalam sistem pengawasan dan pelatihan etika profesi di dunia kesehatan.

Dampak Psikologis pada Korban

QAR mengaku mengalami trauma berat akibat peristiwa tersebut. Dalam wawancara dengan Jatim Times, ia menyebutkan bahwa kejadian ini meninggalkan tekanan psikis yang signifikan, termasuk rasa takut untuk kembali berobat ke rumah sakit dan ketidakpercayaan terhadap tenaga medis laki-laki. Trauma ini diperparah oleh fakta bahwa QAR awalnya ragu untuk melapor karena khawatir tidak dipercaya atau menghadapi stigma sosial.

Psikolog klinis dari Universitas Brawijaya, Dr. Anita Sari, menjelaskan bahwa korban pelecehan seksual sering kali mengalami gangguan stres pasca-trauma (PTSD), kecemasan, hingga depresi. “Korban membutuhkan dukungan psikologis yang intensif dan lingkungan yang mendukung untuk pulih. Penting juga bagi masyarakat untuk tidak menghakimi korban, melainkan mendukung mereka dalam mencari keadilan,” ujarnya.

Memed Brewog Bongkar Bisnis Sound Horeg: 1 Set Rp20 Miliar!

Sorotan Publik dan Langkah ke Depan

Kasus QAR memicu diskusi luas di media sosial tentang pentingnya reformasi sistem di fasilitas kesehatan untuk mencegah pelecehan. Beberapa warganet menyerukan penerapan protokol pemeriksaan yang lebih ketat, seperti kehadiran perawat atau pendamping saat pemeriksaan pasien perempuan oleh dokter laki-laki. Selain itu, ada desakan untuk pelatihan etika profesi yang lebih intensif bagi tenaga medis serta mekanisme pelaporan yang ramah korban.

Organisasi seperti Komnas Perempuan juga diharapkan turun tangan untuk memastikan kasus ini ditangani secara adil. Dalam kasus serupa di masa lalu, Komnas Perempuan telah mendorong evaluasi menyeluruh terhadap jaminan ruang aman di rumah sakit, termasuk penerapan sanksi tegas bagi pelaku.

Penutup

Kasus dugaan pelecehan seksual yang dialami QAR di Persada Hospital Malang menjadi pengingat bahwa rumah sakit, yang seharusnya menjadi tempat aman bagi pasien, ternyata masih rentan terhadap pelanggaran etika dan hukum. Keberanian QAR untuk bersuara diharapkan dapat mendorong korban lain untuk melapor dan memicu perubahan sistemik dalam dunia kesehatan. Hingga saat ini, publik masih menanti langkah konkret dari pihak rumah sakit dan penegak hukum untuk memastikan keadilan bagi QAR dan mencegah kasus serupa terulang di masa depan.

Sentimen.co.id berkomitmen untuk menyampaikan informasi yang akurat dan berimbang. Kami akan terus memantau perkembangan kasus ini dan memberikan pembaruan seiring tersedianya informasi baru.

Sumber: CNN Indonesia, Malang Viva, Jatim Times, iNews


Catatan untuk Pembaca: Jika Anda memiliki informasi tambahan atau ingin berbagi pandangan terkait kasus ini, silakan hubungi redaksi Sentimen.co.id melalui kanal resmi kami. Mari bersama-sama mendukung terciptanya lingkungan kesehatan yang aman dan bebas dari kekerasan.

Tanggal Publikasi: 17 April 2025 | Sentimen.co.id

sentiment: